Jepang "siaga" hadapi pergerakan tajam yen
2 November 2023 19:04 WIB
Seorang pria masuk ke kantor bank MUFG di Tokyo, Jepang, 11 Oktober 2023. Kesalahan sistem yang dialami jaringan kliring pembayaran Jepang tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan 11 bank terkena dampaknya dan jutaan transaksi terganggu, kata operator tersebut pada hari Rabu . (Xinhua/ZhangXiaoyu)
Tokyo (ANTARA) - Otoritas Jepang "siaga" merespons pergerakan tajam yen baru-baru ini, kata pejabat keuangan utama negara itu pada Rabu (1/11).
Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional Masato Kanda menyampaikan komentar itu setelah mata uang Jepang tersebut turun ke level terendah dalam satu tahun terhadap dolar AS, dan menyatakan keprihatinannya terhadap pergerakan yen yang "berat sebelah dan tajam."
Yen sempat melemah ke kisaran paruh atas 151 di New York pada Selasa (31/10), level yang belum pernah terlihat sejak Oktober 2022, setelah bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), melonggarkan cengkeramannya terhadap imbal hasil (yield) obligasi pemerintah jangka panjang namun tetap mempertahankan pelonggaran moneter.
Para investor berpandangan bahwa keputusan BOJ untuk mengubah kebijakan moneternya bukanlah sebuah revisi besar. Yen terus melemah di perdagangan Tokyo pada Rabu pagi waktu setempat.
Kanda mengatakan kepada para wartawan bahwa pihak berwenang "siaga" untuk mengambil semua langkah yang memungkinkan guna melawan volatilitas yang berlebihan di pasar mata uang, namun dia menolak untuk mengatakan tindakan seperti apa yang kemungkinan mereka ambil.
Yen menutup sebagian kerugiannya setelah komentar Kanda. Para investor telah menjual yen terutama karena melebarnya kesenjangan suku bunga antara Jepang dan Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga secara agresif demi menjinakkan inflasi.
Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional Masato Kanda menyampaikan komentar itu setelah mata uang Jepang tersebut turun ke level terendah dalam satu tahun terhadap dolar AS, dan menyatakan keprihatinannya terhadap pergerakan yen yang "berat sebelah dan tajam."
Yen sempat melemah ke kisaran paruh atas 151 di New York pada Selasa (31/10), level yang belum pernah terlihat sejak Oktober 2022, setelah bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), melonggarkan cengkeramannya terhadap imbal hasil (yield) obligasi pemerintah jangka panjang namun tetap mempertahankan pelonggaran moneter.
Para investor berpandangan bahwa keputusan BOJ untuk mengubah kebijakan moneternya bukanlah sebuah revisi besar. Yen terus melemah di perdagangan Tokyo pada Rabu pagi waktu setempat.
Kanda mengatakan kepada para wartawan bahwa pihak berwenang "siaga" untuk mengambil semua langkah yang memungkinkan guna melawan volatilitas yang berlebihan di pasar mata uang, namun dia menolak untuk mengatakan tindakan seperti apa yang kemungkinan mereka ambil.
Yen menutup sebagian kerugiannya setelah komentar Kanda. Para investor telah menjual yen terutama karena melebarnya kesenjangan suku bunga antara Jepang dan Amerika Serikat (AS) setelah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga secara agresif demi menjinakkan inflasi.
Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Tags: