Anak perusahaan Perhutani perkuat bisnis wisata alam
17 Juni 2013 15:32 WIB
Dirut PT Palawi Resorsis Heru Lutfi Nazianto (menyerahkan cinderamata kepada Deputi Minister of Science Tecnology & Innovation (MOSTI) Malaysia Dr. Abu Bakar Mohamad Diah didampingi Dubes RI untuk Malaysia Herman Prayitno dan Direktur Perhutani Mustoha Iskandar pada pembukaan Inacraf Lifestyle di Kualalumpur, Malaysia, Kamis (13/4). MICE merupakan salah satu bisnis Palawi untuk mendulang pendapatan, di samping wisata alam. (antaranews.com/handout)
Jakarta (ANTARA News) - Anak perusahaan Perum Perhutani, PT Palawi Risorsis memperkuat bisnis wisata alam (wanawisata) untuk mendulang pendapatan agar bisa mandiri.
"Kami akan semakin serius menggarap bisnis inti daripada mencoba peluang bisnis di luar yang utama, yang malah merugi," kata Dirut PT Palawi Risorsis Heru Luthfi Nazianto kepada ANTARA News di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan ada tiga bisnis utama Palawi yaitu pengelola wisata hutan (wanawisata), penyedia jasa wisata, serta tour and travel (biro perjalanan) yang termasuk di dalamnya sebagai penyelenggara meetings, incentives, conferences, and exhibitions (MICE).
Namun, kata dia, pendapatan rutin yag menyimpan peluang besar adalah pengelola wanawisata. "Paling sedikit kami mendapat pemasukan dari pengelolaan wisata hutan Coban Rondo (Jawa Timur) dan Batu Raden (Jawa Tengah) sebesar Rp130 juta/bulan, dan paling besar Rp200 juta/bulan," ujarnya.
Tren bisnis tersebut memiliki potensi tumbuh, kata dia, terutama pada liburan sekolah dan hari besar keagamaan. Apalagi, lanjutnya, tren kunjungan wisata alam kini semakin meningkat. Heru mencontohkan menjelang liburan sekolah saat ini, sudah terlihat tren peningkatan kunjungan ke wisata air terjun Coban Rondo sebanyak 20 persen.
"Bahkan sudah ada permintaan kepada kami agar memperbaikin fasilitas perkemahan di wanawisata yang kami kelola, baik di Batu Raden maupun Coban Rondo. Mereka minta agar fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) diperbaiki agar bersih dan tidak banyak antri," ujarnya.
Selama ini, diakuinya, Palawi banyak bersandar pada bisnis pengelolaan wanawisata. Untuk memperkuat pendapatan perusahaan, pihaknya telah meminta kepada Dirut Perum Perhutani untuk menambah satu wana wisata lagi yang dikelola Palawi.
"Dulu kami mengelola wisata Coban Rondo, Batu Raden, dan Tangkupan Perahu (Jawa Barat). Kini hanya dua, karena pengelolaan Tangkupan Perahu dikembalikan ke Kementerian Kehutanan. Kami berharap bisa mengelola Kawah Putih atau Curug Cilember yang dikelola Perum Perhutani sebagai pengganti Tangkupan Perahu agar bisa mandiri," ujarnya.
Tahun ini, ia menargetkan pendapatan PT Palawi bisa menembus angka Rp13 miliar dengan asumsi mendapat bantuan dana sebesar Rp30 miliar dari Perum Perhutani untuk memperbaiki infrastruktur wisata dan modal kerja bagi pengembangan usaha. Namun, karena hingga kini bantuan modal tersebut belum diperoleh, maka ia meminta tambahan pengelolaan satu wanawisata, guna memperbaiki pendapatan.
"Jadi daripada dapat uang, kita dapat kailnya-lah. Biar Palawi hidup tanpa minta bantuan," ujar Heru.
Namun ia juga mengakui bisnis biro perjalanan memiliki peluang bisnis yang besar, meski harus melakukan efisiensi agar Palawi bisa bersaing. "Bisnis jasa adalah bisnis kepercayaan. Selama ini ada kesan, beli tiket di Palawi sedikit lebih mahal. Citra buruk itu harus kami hapus," katanya.
Sedangkan sebagai penyelenggara MICE, ia mengakui, kadang mendapat keuntungan besar, tapi kadang sedikit. Bisnis MICE, kata dia, belum bisa diandalkan, karena pendapatannya belum rutin seperti pengelolaan wanawisata.
Belum lama ini (12-14 Juni) Palawi menjadi penyelenggara pameran Inacraft lifestyle di Malaysia bekerjasama dengan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) di Kuala Lumpur.
"Kami akan semakin serius menggarap bisnis inti daripada mencoba peluang bisnis di luar yang utama, yang malah merugi," kata Dirut PT Palawi Risorsis Heru Luthfi Nazianto kepada ANTARA News di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan ada tiga bisnis utama Palawi yaitu pengelola wisata hutan (wanawisata), penyedia jasa wisata, serta tour and travel (biro perjalanan) yang termasuk di dalamnya sebagai penyelenggara meetings, incentives, conferences, and exhibitions (MICE).
Namun, kata dia, pendapatan rutin yag menyimpan peluang besar adalah pengelola wanawisata. "Paling sedikit kami mendapat pemasukan dari pengelolaan wisata hutan Coban Rondo (Jawa Timur) dan Batu Raden (Jawa Tengah) sebesar Rp130 juta/bulan, dan paling besar Rp200 juta/bulan," ujarnya.
Tren bisnis tersebut memiliki potensi tumbuh, kata dia, terutama pada liburan sekolah dan hari besar keagamaan. Apalagi, lanjutnya, tren kunjungan wisata alam kini semakin meningkat. Heru mencontohkan menjelang liburan sekolah saat ini, sudah terlihat tren peningkatan kunjungan ke wisata air terjun Coban Rondo sebanyak 20 persen.
"Bahkan sudah ada permintaan kepada kami agar memperbaikin fasilitas perkemahan di wanawisata yang kami kelola, baik di Batu Raden maupun Coban Rondo. Mereka minta agar fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) diperbaiki agar bersih dan tidak banyak antri," ujarnya.
Selama ini, diakuinya, Palawi banyak bersandar pada bisnis pengelolaan wanawisata. Untuk memperkuat pendapatan perusahaan, pihaknya telah meminta kepada Dirut Perum Perhutani untuk menambah satu wana wisata lagi yang dikelola Palawi.
"Dulu kami mengelola wisata Coban Rondo, Batu Raden, dan Tangkupan Perahu (Jawa Barat). Kini hanya dua, karena pengelolaan Tangkupan Perahu dikembalikan ke Kementerian Kehutanan. Kami berharap bisa mengelola Kawah Putih atau Curug Cilember yang dikelola Perum Perhutani sebagai pengganti Tangkupan Perahu agar bisa mandiri," ujarnya.
Tahun ini, ia menargetkan pendapatan PT Palawi bisa menembus angka Rp13 miliar dengan asumsi mendapat bantuan dana sebesar Rp30 miliar dari Perum Perhutani untuk memperbaiki infrastruktur wisata dan modal kerja bagi pengembangan usaha. Namun, karena hingga kini bantuan modal tersebut belum diperoleh, maka ia meminta tambahan pengelolaan satu wanawisata, guna memperbaiki pendapatan.
"Jadi daripada dapat uang, kita dapat kailnya-lah. Biar Palawi hidup tanpa minta bantuan," ujar Heru.
Namun ia juga mengakui bisnis biro perjalanan memiliki peluang bisnis yang besar, meski harus melakukan efisiensi agar Palawi bisa bersaing. "Bisnis jasa adalah bisnis kepercayaan. Selama ini ada kesan, beli tiket di Palawi sedikit lebih mahal. Citra buruk itu harus kami hapus," katanya.
Sedangkan sebagai penyelenggara MICE, ia mengakui, kadang mendapat keuntungan besar, tapi kadang sedikit. Bisnis MICE, kata dia, belum bisa diandalkan, karena pendapatannya belum rutin seperti pengelolaan wanawisata.
Belum lama ini (12-14 Juni) Palawi menjadi penyelenggara pameran Inacraft lifestyle di Malaysia bekerjasama dengan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) di Kuala Lumpur.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
Tags: