PLTU Sumsel-8 beroperasi komersial penuhi kebutuhan listrik Sumatera
2 November 2023 15:17 WIB
PLTU Sumsel-8 atau dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang di Muara Enim, Sumatera Selatan, berkapasitas 2x660 MW yang telah mencapai status Commercial Operation Date (COD) alias beroperasi secara komersial per 7 Oktober 2023. (ANTARA/HO-PT Bukit Asam Tbk)
Jakarta (ANTARA) - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang (MT) Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW telah mencapai status Commercial Operation Date (COD) alias beroperasi secara komersial dan diharapkan mampu memenuhi peningkatan kebutuhan listrik di wilayah Sumatera.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengatakan kelistrikan di Sumatera akan semakin andal dengan adanya PLTU MT Sumsel-8.
"Kebutuhan listrik di Sumatera terus meningkat. Dengan demikian PLTU MT Sumsel-8 ini memiliki peran penting untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut,” kata Jisman dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Status COD PLTU Sumsel-8 ditetapkan efektif mulai 7 Oktober 2023 oleh PLN.
PLTU MT Sumsel-8 merupakan bagian dari program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW yang berlokasi di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang, pembangkit ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail berharap operasi PLTU Tanjung Lalang dapat membawa manfaat bagi ketahanan energi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
"Kami berharap PLTU Tanjung Lalang dapat membantu PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Sumatera, serta menciptakan multiplier effect untuk pertumbuhan ekonomi sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan," ujarnya.
Arsal menjelaskan PLTU Tanjung Lalang menggunakan teknologi super critical yang efisien dan ramah lingkungan.
"Selain itu, PLTU Tanjung Lalang juga menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas buang. Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara," tambahnya.
PLTU MT Sumsel-8 menyuplai listrik ke PLN untuk kepentingan umum dalam Sistem Kelistrikan Sumatera dan membutuhkan batu bara hingga 5,4 juta ton per tahun. Adapun nilai investasi proyek PLTU MT Sumsel-8 mencapai 1,68 miliar dolar AS.
Baca juga: PLTU Sumsel 8 terapkan teknologi andal yang bisa mengurangi emisi
Baca juga: BRIN sebut substitusi biomassa pangkas emisi PLTU batu bara
Baca juga: KESDM minta perbanyak penggunaan limbah sawit untuk co-firing PLTU
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu mengatakan kelistrikan di Sumatera akan semakin andal dengan adanya PLTU MT Sumsel-8.
"Kebutuhan listrik di Sumatera terus meningkat. Dengan demikian PLTU MT Sumsel-8 ini memiliki peran penting untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut,” kata Jisman dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Status COD PLTU Sumsel-8 ditetapkan efektif mulai 7 Oktober 2023 oleh PLN.
PLTU MT Sumsel-8 merupakan bagian dari program pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW yang berlokasi di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang, pembangkit ini dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) yang merupakan kerja sama strategis antara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail berharap operasi PLTU Tanjung Lalang dapat membawa manfaat bagi ketahanan energi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
"Kami berharap PLTU Tanjung Lalang dapat membantu PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Sumatera, serta menciptakan multiplier effect untuk pertumbuhan ekonomi sehingga dapat berkontribusi bagi pembangunan," ujarnya.
Arsal menjelaskan PLTU Tanjung Lalang menggunakan teknologi super critical yang efisien dan ramah lingkungan.
"Selain itu, PLTU Tanjung Lalang juga menerapkan teknologi Flue Gas Desulfurization (FGD) untuk menekan emisi gas buang. Teknologi FGD ini dapat mengurangi sulfur dioksida dari emisi gas buang pembangkit listrik berbahan bakar batu bara," tambahnya.
PLTU MT Sumsel-8 menyuplai listrik ke PLN untuk kepentingan umum dalam Sistem Kelistrikan Sumatera dan membutuhkan batu bara hingga 5,4 juta ton per tahun. Adapun nilai investasi proyek PLTU MT Sumsel-8 mencapai 1,68 miliar dolar AS.
Baca juga: PLTU Sumsel 8 terapkan teknologi andal yang bisa mengurangi emisi
Baca juga: BRIN sebut substitusi biomassa pangkas emisi PLTU batu bara
Baca juga: KESDM minta perbanyak penggunaan limbah sawit untuk co-firing PLTU
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: