BPS: Kenaikan suku bunga BI berkorelasi terhadap turunnya inflasi inti Oktober
1 November 2023 20:29 WIB
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen Oktober 2023 di Jakarta, Rabu (1/11/2023). (ANTARA/Imamatul Silfia)
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 6 persen pada bulan ini memiliki korelasi terhadap turunnya inflasi inti Oktober 2023.
Berdasarkan data BPS, inflasi inti Oktober turun menjadi 0,08 persen dari 0,12 persen pada bulan sebelumnya.
“Tahun 2023 ini, baru bulan Oktober BI menaikkan suku bunga. Kenaikan ini punya korelasi pada penurunan inflasi inti Oktober ini,” kata Pudji dalam Rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen Oktober 2023 di Jakarta, Rabu.
BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023.
Kenaikan tersebut bertujuan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global dan menjadi langkah pencegahan untuk memitigasi dampak pelemahan rupiah terhadap imported inflation atau inflasi barang impor.
Pudji menjelaskan pengaruh pelemahan rupiah terhadap inflasi barang impor dapat terlihat pada komoditas yang mengandung komponen impor, seperti hasil industri pengolahan. Sebagai contoh, mie kering instan dan roti menggunakan bahan baku tepung terigu yang masih diimpor. Tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai juga termasuk komoditas yang masih diimpor oleh Indonesia.
Menimbang hal itu, Pudji mengatakan inflasi barang impor beberapa bulan ke depan perlu diwaspadai. Namun, kebijakan kenaikan suku bunga BI diharapkan dapat menahan sisi permintaan pada komoditas yang mengandung komponen impor signifikan.
Diketahui, Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 0,32 persen atau 50 poin menjadi Rp15.935 per dolar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya Rp15.885 per dolar AS.
Sementara itu, inflasi bulanan pada Oktober tercatat sebesar 0,17 persen (month-to-month/mtm), di mana terjadi peningkatan IHK dari 115,44 pada September 2023 menjadi 115,64 pada Oktober 2023.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun ke tahun mencapai 2,56 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 1,80 persen (year-to-date/ytd).
Baca juga: BI: Inflasi terjaga berkat sinergi tim pengendalian inflasi
Baca juga: BPS: Inflasi Oktober 0,17 persen
Baca juga: Beras kembali jadi komoditas penyumbang inflasi terbesar Oktober 2023
Berdasarkan data BPS, inflasi inti Oktober turun menjadi 0,08 persen dari 0,12 persen pada bulan sebelumnya.
“Tahun 2023 ini, baru bulan Oktober BI menaikkan suku bunga. Kenaikan ini punya korelasi pada penurunan inflasi inti Oktober ini,” kata Pudji dalam Rilis Perkembangan Indeks Harga Konsumen Oktober 2023 di Jakarta, Rabu.
BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Oktober 2023.
Kenaikan tersebut bertujuan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global dan menjadi langkah pencegahan untuk memitigasi dampak pelemahan rupiah terhadap imported inflation atau inflasi barang impor.
Pudji menjelaskan pengaruh pelemahan rupiah terhadap inflasi barang impor dapat terlihat pada komoditas yang mengandung komponen impor, seperti hasil industri pengolahan. Sebagai contoh, mie kering instan dan roti menggunakan bahan baku tepung terigu yang masih diimpor. Tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai juga termasuk komoditas yang masih diimpor oleh Indonesia.
Menimbang hal itu, Pudji mengatakan inflasi barang impor beberapa bulan ke depan perlu diwaspadai. Namun, kebijakan kenaikan suku bunga BI diharapkan dapat menahan sisi permintaan pada komoditas yang mengandung komponen impor signifikan.
Diketahui, Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 0,32 persen atau 50 poin menjadi Rp15.935 per dolar Amerika Serikat (AS), dari sebelumnya Rp15.885 per dolar AS.
Sementara itu, inflasi bulanan pada Oktober tercatat sebesar 0,17 persen (month-to-month/mtm), di mana terjadi peningkatan IHK dari 115,44 pada September 2023 menjadi 115,64 pada Oktober 2023.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun ke tahun mencapai 2,56 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 1,80 persen (year-to-date/ytd).
Baca juga: BI: Inflasi terjaga berkat sinergi tim pengendalian inflasi
Baca juga: BPS: Inflasi Oktober 0,17 persen
Baca juga: Beras kembali jadi komoditas penyumbang inflasi terbesar Oktober 2023
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: