Menkominfo: peretas China paling banyak serang Indonesia
15 Juni 2013 21:52 WIB
ilustrasi Menjelajah Dunia Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring (kanan), Rektor Universitas Teknologi Sumbawa, Zukiflimansyah (tengah), melihat-lihat pameran foto di kampus UTS Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Minggu (7/4). (ANTARA/Ujang Zaelani) ()
Surabaya (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menegaskan bahwa peretas ("hacker") asal China merupakan pihak yang paling banyak menyerang dunia maya di Indonesia.
"Serangan `hacker` terbanyak itu datang dari China, lalu Eropa, Amerika, Singapura, Malaysia, dan sebagainya," kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dalam sambutan pembukaan "Indonesia Security Conference (IdSecCons) 2013" di Unair Surabaya, Sabtu.
Didampingi Rektor Unair Prof H Fasich Apt, ia menjelaskan laman milik Kominfo mengalami serangan dari para peretas hingga 39,9 juta kali selama tahun 2012, sedangkan peretas asal Jember, Wildan, yang meretas laman Presiden SBY melakukan 5.320 kali retas dalam setahun.
"Tapi, para peretas itu bermanfaat, karena `gangguan` yang dilakukan itu tidak sampai mencuri data, sehingga perbuatannya juga menunjukkan kelemahan sistem yang kita miliki agar kita bisa melakukan perbaikan. Itu berbeda dengan `cracker` yang meretas untuk mencuri dan menjual hasilnya," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak ratusan peserta IdSecCons yang keenam kalinya digelar itu untuk menunjukkan kemampuan "bermain" dunia maya secara positif dan selektif, sebab dunia maya itu berpotensi untuk menimbulkan dis-integrasi bila isinya mempertajam perbedaan dan informasi yang dibagi juga menonjolkan sisi negatif.
"64 persen pemain dunia maya adalah generasi muda, karena itu kalian harus selektif, sebab kalau kalian mau membaca seluruh isi informasi dalam dunia maya, seperti facebook, twitter, email, youtube, blog, laman, dan sebagainya, maka kalian akan memerlukan waktu selama 124 tahun," tuturnya.
Secara terpisah, Direktur Direktorat Sistem Informasi Unair Dr Ir Soegianto S MSi menyatakan Unair telah melihat keamanan data sebagai hal penting, karena itu Unair saat ini menjadi satu-satunya universitas yang menerima ISO 27001:2005 untuk ISO keamanan data dalam standar internasional.
"Ke depan, keamanan data itu penting, karena perang di masa depan itu bukan perang senjata, melainkan perang cyber (dunia maya), karena itu IdSecCons yang sudah keenam kalinya diselenggarakan itu penting untuk berbagi keamanan informasi terkini dan saling bekerja sama antara akademisi, praktisi, dan penegak hukum," tukasnya.
Ia menambahkan IdSecCons 2013 yang berlangsung pada 15-16 Juni itu diikuti 500 peserta dari akademisi, praktisi, aparat penegak hukum, dan komunitas `hacker` dengan agenda acara antara lain presentasi untuk sembilan dari 35 makalah terbaik di bidang "digital forensic", IT Crime Detection, dan "digital signature".
"Ada juga `hacking game` yang merupakan lomba meng-hack dengan hadiah jutaan," katanya dalam acara pembukaan yang juga dihadiri Staf Khusus Menkominfo Dr H Henry Subiakto dan ratusan anggota komunitas `hackers` dari Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, dan Jakarta itu.
(E011/C004)
"Serangan `hacker` terbanyak itu datang dari China, lalu Eropa, Amerika, Singapura, Malaysia, dan sebagainya," kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dalam sambutan pembukaan "Indonesia Security Conference (IdSecCons) 2013" di Unair Surabaya, Sabtu.
Didampingi Rektor Unair Prof H Fasich Apt, ia menjelaskan laman milik Kominfo mengalami serangan dari para peretas hingga 39,9 juta kali selama tahun 2012, sedangkan peretas asal Jember, Wildan, yang meretas laman Presiden SBY melakukan 5.320 kali retas dalam setahun.
"Tapi, para peretas itu bermanfaat, karena `gangguan` yang dilakukan itu tidak sampai mencuri data, sehingga perbuatannya juga menunjukkan kelemahan sistem yang kita miliki agar kita bisa melakukan perbaikan. Itu berbeda dengan `cracker` yang meretas untuk mencuri dan menjual hasilnya," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak ratusan peserta IdSecCons yang keenam kalinya digelar itu untuk menunjukkan kemampuan "bermain" dunia maya secara positif dan selektif, sebab dunia maya itu berpotensi untuk menimbulkan dis-integrasi bila isinya mempertajam perbedaan dan informasi yang dibagi juga menonjolkan sisi negatif.
"64 persen pemain dunia maya adalah generasi muda, karena itu kalian harus selektif, sebab kalau kalian mau membaca seluruh isi informasi dalam dunia maya, seperti facebook, twitter, email, youtube, blog, laman, dan sebagainya, maka kalian akan memerlukan waktu selama 124 tahun," tuturnya.
Secara terpisah, Direktur Direktorat Sistem Informasi Unair Dr Ir Soegianto S MSi menyatakan Unair telah melihat keamanan data sebagai hal penting, karena itu Unair saat ini menjadi satu-satunya universitas yang menerima ISO 27001:2005 untuk ISO keamanan data dalam standar internasional.
"Ke depan, keamanan data itu penting, karena perang di masa depan itu bukan perang senjata, melainkan perang cyber (dunia maya), karena itu IdSecCons yang sudah keenam kalinya diselenggarakan itu penting untuk berbagi keamanan informasi terkini dan saling bekerja sama antara akademisi, praktisi, dan penegak hukum," tukasnya.
Ia menambahkan IdSecCons 2013 yang berlangsung pada 15-16 Juni itu diikuti 500 peserta dari akademisi, praktisi, aparat penegak hukum, dan komunitas `hacker` dengan agenda acara antara lain presentasi untuk sembilan dari 35 makalah terbaik di bidang "digital forensic", IT Crime Detection, dan "digital signature".
"Ada juga `hacking game` yang merupakan lomba meng-hack dengan hadiah jutaan," katanya dalam acara pembukaan yang juga dihadiri Staf Khusus Menkominfo Dr H Henry Subiakto dan ratusan anggota komunitas `hackers` dari Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, dan Jakarta itu.
(E011/C004)
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: