PB IDI desak pihak berkonflik di Gaza hormati norma IHL
31 Oktober 2023 20:50 WIB
Truk pengangkut bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina yang dikirim oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis setelah memasuki Gaza melalui Rafah di perbatasan Mesir pada 23 Oktober 2023. (Anadolu/Mustafa Hassona)
Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mendesak pihak berkonflik di jalur Gaza dapat mematuhi norma-norma Hukum Humaniter Internasional (IHL) untuk tidak menyerang fasilitas medis dan kendaraan tenaga kesehatan, serta melindungi tenaga kesehatan.
“Petugas kesehatan harus diberikan sumber daya yang diperlukan untuk merawat semua pasien dengan penuh kasih sayang dan sesuai nilai etika profesi dan netralitas medis,” kata Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi di Jakarta, Selasa.
Koridor kemanusiaan, kata dia, juga harus digunakan untuk memastikan pengiriman pasokan medis penting dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Jalur Gaza dengan aman.
Ia mengatakan bahwa sebagai organisasi profesi medis, PB IDI berkomitmen untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya perawatan medis yang etis, serta tujuan perdamaian dunia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
Baca juga: Jubir China tanggapi Netanyahu yang tolak gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Bahaya besar tiadanya skenario pascaperang di Jalur Gaza
“World Medical Association (WMA) atau Asosiasi Medis Dunia dan PB IDI mengajukan permohonan yang kuat kepada kedua belah pihak untuk menyelamatkan warga sipil, rumah sakit, dan layanan penting lainnya,” ujarnya
Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyampaikan bahwa PB IDI mengutuk keras serangan terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga medis, serta meminta semua pihak untuk memastikan tenaga medis dan tenaga kesehatan tidak menjadi sasaran dan diberikan akses yang aman untuk merawat korban yang terluka.
“Sebagai dokter, kami mempunyai kewajiban etik untuk menempatkan keselamatan pasien dan komunitas masyarakat sipil di atas segalanya,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa tingkat hunian rumah sakit di Gaza sudah mencapai lebih dari 150 persen.
"Sementara jumlah pasien di Komplek Medis Al-Shifa mencapai lima ribu pasien, padahal rumah sakit itu dirancang untuk hanya menerima 700 pasien," kata Menteri Kesehatan Palestina Mai Al-Kaila pada Minggu saat bertemu dengan Utusan Khusus Masalah Kemanusiaan Jerman Deike Potzelm, Selasa.
Dalam pembicaraan mengenai situasi kesehatan dan kemanusiaan di Palestina, Al-Kaila menjelaskan kepada delegasi Jerman mengenai perkembangan terakhir di Jalur Gaza yang disebutnya sudah berada dalam kondisi "malapetaka", kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Militer Israel memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza, yang sejak serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober dibombardir tanpa henti.
Banyak rumah sakit Gaza tidak lagi beroperasi akibat dibom, agresi, dan kehabisan bahan bakar, kata Al-Kaila.
Dia meminta Potzelm menghentikan agresi itu dan memasukkan pasokan obat-obatan dan medis untuk merawat yang sakit dan terluka. "Sehingga mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar dari yang dihadapi Gaza saat ini," kata dia.
"Rumah sakit tidak bisa dievakuasi, karena dipenuhi pasien sakit dan terluka, ditambah mereka yang mengungsi guna mencari tempat aman di halaman rumah sakit," ucap Al-Kaila.
Jumlah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel ke Gaza sudah 8.306 jiwa termasuk 3.457 anak-anak dan 2.136 wanita, sementara 21 ribu lainnya luka-luka, kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Sebaliknya, lebih dari 1.500 warga Israel tewas dalam konflik ini.*
Baca juga: Israel hancurkan rumah pemimpin senior Hamas di Tepi Barat
Baca juga: Tingkat hunian rumah sakit di Gaza sudah lebihi kapasitasnya
“Petugas kesehatan harus diberikan sumber daya yang diperlukan untuk merawat semua pasien dengan penuh kasih sayang dan sesuai nilai etika profesi dan netralitas medis,” kata Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi di Jakarta, Selasa.
Koridor kemanusiaan, kata dia, juga harus digunakan untuk memastikan pengiriman pasokan medis penting dan bantuan kemanusiaan lainnya ke Jalur Gaza dengan aman.
Ia mengatakan bahwa sebagai organisasi profesi medis, PB IDI berkomitmen untuk menyebarkan informasi tentang pentingnya perawatan medis yang etis, serta tujuan perdamaian dunia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal.
Baca juga: Jubir China tanggapi Netanyahu yang tolak gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Bahaya besar tiadanya skenario pascaperang di Jalur Gaza
“World Medical Association (WMA) atau Asosiasi Medis Dunia dan PB IDI mengajukan permohonan yang kuat kepada kedua belah pihak untuk menyelamatkan warga sipil, rumah sakit, dan layanan penting lainnya,” ujarnya
Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyampaikan bahwa PB IDI mengutuk keras serangan terhadap fasilitas kesehatan dan tenaga medis, serta meminta semua pihak untuk memastikan tenaga medis dan tenaga kesehatan tidak menjadi sasaran dan diberikan akses yang aman untuk merawat korban yang terluka.
“Sebagai dokter, kami mempunyai kewajiban etik untuk menempatkan keselamatan pasien dan komunitas masyarakat sipil di atas segalanya,” ucapnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa tingkat hunian rumah sakit di Gaza sudah mencapai lebih dari 150 persen.
"Sementara jumlah pasien di Komplek Medis Al-Shifa mencapai lima ribu pasien, padahal rumah sakit itu dirancang untuk hanya menerima 700 pasien," kata Menteri Kesehatan Palestina Mai Al-Kaila pada Minggu saat bertemu dengan Utusan Khusus Masalah Kemanusiaan Jerman Deike Potzelm, Selasa.
Dalam pembicaraan mengenai situasi kesehatan dan kemanusiaan di Palestina, Al-Kaila menjelaskan kepada delegasi Jerman mengenai perkembangan terakhir di Jalur Gaza yang disebutnya sudah berada dalam kondisi "malapetaka", kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Militer Israel memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza, yang sejak serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober dibombardir tanpa henti.
Banyak rumah sakit Gaza tidak lagi beroperasi akibat dibom, agresi, dan kehabisan bahan bakar, kata Al-Kaila.
Dia meminta Potzelm menghentikan agresi itu dan memasukkan pasokan obat-obatan dan medis untuk merawat yang sakit dan terluka. "Sehingga mencegah bencana kemanusiaan yang lebih besar dari yang dihadapi Gaza saat ini," kata dia.
"Rumah sakit tidak bisa dievakuasi, karena dipenuhi pasien sakit dan terluka, ditambah mereka yang mengungsi guna mencari tempat aman di halaman rumah sakit," ucap Al-Kaila.
Jumlah warga Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel ke Gaza sudah 8.306 jiwa termasuk 3.457 anak-anak dan 2.136 wanita, sementara 21 ribu lainnya luka-luka, kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Sebaliknya, lebih dari 1.500 warga Israel tewas dalam konflik ini.*
Baca juga: Israel hancurkan rumah pemimpin senior Hamas di Tepi Barat
Baca juga: Tingkat hunian rumah sakit di Gaza sudah lebihi kapasitasnya
Pewarta: Cahya Sari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: