Faktor genetik memiliki risiko 7 kali lipat menderita diabetes
31 Oktober 2023 18:49 WIB
Tangkapan layar Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes RSCM Jakarta Dicky Levenus Tahapary dalam acara webinar, Selasa (31/10/2023). (ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso)
JAKARTA (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes RSCM Jakarta Dicky Levenus Tahapary mengatakan bahwa faktor genetik keturunan memiliki risiko tujuh kali lipat seseorang menderita penyakit diabetes.
"Kita lihat secara umum, kalau salah satu orang tua terkena diabetes risiko anaknya mengalami diabetes tiga kali lipat lebih tinggi. Namun, jika kedua orang tuanya maka risiko tujuh kali lipat lebih tinggi," kata Dicky di Jakarta, Selasa.
Dia juga mengatakan bahwa diabetes genetik tidak berlaku untuk menyilang antar gender. Risiko penyakit akan sama besarnya baik untuk anak laki-laki ataupun perempuan.
"Bukan berarti harus menyilang kalau di masyarakat anggapannya masih dari ibu menyilang hanya ke anak laki-laki, kalau dari bapak pasti ke anak perempuan, ternyata tidak. Risikonya sama saja mau anak laki-laki atau perempuan," kata dia.
Baca juga: Perubahan perilaku jadi faktor banyaknya penderita diabetes usia muda
Baca juga: Kemenkes: Jarang minum air putih picu cuci darah pada usia muda
Dicky juga mengatakan bahwa faktor perilaku kesamaan gaya hidup serta pola makan memperkuat risiko genetik penyakit keturunan dari diabetes.
"Kalau kita bicara faktor keluarga sebenarnya tidak serta merta hanya faktor genetik. tapi ada faktor perilaku yang dibentuk dari keluarga, misalnya dari pemilihan makanan ataupun pola aktivitas fisiknya," ujarnya.
Penyakit diabetes, kata dia, saat ini tidak lagi memandang usia tua ataupun muda. Banyak pasien diabetes saat ini berusia di bawah 40 tahun.
Untuk itu, dia mengingatkan bagi masyarakat yang memiliki riwayat diabetes dari orang tua untuk selalu mengkontrol pola makan hingga melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin.
"Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, melakukan cek gula darah. Untuk awal memang sering kali tidak ada keluhan tapi fase awal penting menjadi pencegahan untuk tidak timbul diabetes ataupun komplikasi," ucapnya.
Meminimalisir penyakit diabates yang bisa diturunkan secara genetik bisa diawali dengan mengubah pola makan.
Hindari makanan manis, segera ubah kebiasaan makan ini mulai sekarang. Misalnya saja dengan mengganti pemanis buatan dengan pemanis alami seperti buah atau madu.
Selain mengurangi asupan makanan manis, penting juga untuk memperbanyak konsumsi makanan rendah serat dan kalori. Memperbanyak konsumsi sayur dan menjaga asupan makanan sehari-hari tetap seimbang juga bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh.
Rutin melakukan kegiatan fisik atau olahraga. Lakukan olahraga rutin minimal 20 menit sehari, misalnya saja dengan jalan kaki, joging, atau bersepeda.*
Baca juga: Peneliti BRIN ungkap tanaman paling populer untuk obat kencing manis
Baca juga: Pemkab Batang catat 9.304 orang mengalami diabetes melitus
"Kita lihat secara umum, kalau salah satu orang tua terkena diabetes risiko anaknya mengalami diabetes tiga kali lipat lebih tinggi. Namun, jika kedua orang tuanya maka risiko tujuh kali lipat lebih tinggi," kata Dicky di Jakarta, Selasa.
Dia juga mengatakan bahwa diabetes genetik tidak berlaku untuk menyilang antar gender. Risiko penyakit akan sama besarnya baik untuk anak laki-laki ataupun perempuan.
"Bukan berarti harus menyilang kalau di masyarakat anggapannya masih dari ibu menyilang hanya ke anak laki-laki, kalau dari bapak pasti ke anak perempuan, ternyata tidak. Risikonya sama saja mau anak laki-laki atau perempuan," kata dia.
Baca juga: Perubahan perilaku jadi faktor banyaknya penderita diabetes usia muda
Baca juga: Kemenkes: Jarang minum air putih picu cuci darah pada usia muda
Dicky juga mengatakan bahwa faktor perilaku kesamaan gaya hidup serta pola makan memperkuat risiko genetik penyakit keturunan dari diabetes.
"Kalau kita bicara faktor keluarga sebenarnya tidak serta merta hanya faktor genetik. tapi ada faktor perilaku yang dibentuk dari keluarga, misalnya dari pemilihan makanan ataupun pola aktivitas fisiknya," ujarnya.
Penyakit diabetes, kata dia, saat ini tidak lagi memandang usia tua ataupun muda. Banyak pasien diabetes saat ini berusia di bawah 40 tahun.
Untuk itu, dia mengingatkan bagi masyarakat yang memiliki riwayat diabetes dari orang tua untuk selalu mengkontrol pola makan hingga melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin.
"Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, melakukan cek gula darah. Untuk awal memang sering kali tidak ada keluhan tapi fase awal penting menjadi pencegahan untuk tidak timbul diabetes ataupun komplikasi," ucapnya.
Meminimalisir penyakit diabates yang bisa diturunkan secara genetik bisa diawali dengan mengubah pola makan.
Hindari makanan manis, segera ubah kebiasaan makan ini mulai sekarang. Misalnya saja dengan mengganti pemanis buatan dengan pemanis alami seperti buah atau madu.
Selain mengurangi asupan makanan manis, penting juga untuk memperbanyak konsumsi makanan rendah serat dan kalori. Memperbanyak konsumsi sayur dan menjaga asupan makanan sehari-hari tetap seimbang juga bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan tubuh.
Rutin melakukan kegiatan fisik atau olahraga. Lakukan olahraga rutin minimal 20 menit sehari, misalnya saja dengan jalan kaki, joging, atau bersepeda.*
Baca juga: Peneliti BRIN ungkap tanaman paling populer untuk obat kencing manis
Baca juga: Pemkab Batang catat 9.304 orang mengalami diabetes melitus
Pewarta: Erlangga Bregas Prakoso
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023
Tags: