Jakarta (ANTARA) - PT Hutama Karya (Persero) menggarap proyek Bendungan Karangnongko Paket 1 di perbatasan antara Kabupaten Blora, Jawa Tengah dan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang akan membendung Sungai Bengawan Solo.

Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo, dalam keterangan resmi yang diterima Selasa, mengatakan proyek bendungan yang sebelumnya sudah dilakukan penandatanganan kontrak pada Jumat (22/9) itu, akan ditargetkan selesai akhir tahun 2026.

“Kami segera memulai proses pengerjaan dan diharapkan dapat selesai tepat waktu sesuai rencana,” ujar Tjahjo.

Lebih lanjut, Tjahjo menerangkan bahwa proyek senilai Rp730 miliar ini nantinya akan dimanfaatkan sebagai penampungan air di saat kondisi kemarau dengan mengandalkan panjang sungai Bengawan Solo.
Bendungan Karangnongko berfungsi untuk menyuplai air daerah irigasi seluas 6.900 hektar, sebagai penyedia air baku untuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, Blora, Tuban dan Ngawi sekitar 1.15 meter kubik per detik serta berpotensi sebagai pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) 1 megawatt.

Bendungan tersebut memberikan suplai air irigasi yang akan didistribusikan melalui Daerah Irigasi (DI) Karangnongko Kiri (Kabupaten Blora) seluas 1.746 ha dengan debit 2,85 meter kubik per detik dan DI Karangnongko Kanan (Kabupaten Bojonegoro) seluas 5.203 ha dengan debit 7,90 meter kubik per detik.

Diproyeksikan juga dapat menyuplai air di kawasan Solo Valley Werken yaitu jaringan irigasi dan pengendali banjir sejak zaman pemerintah Hindia Belanda yang membentang dari Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya seluas 62.000 Ha.

Dalam proyek ini, ungkap Tjahjo, Hutama Karya bertanggung jawab pada pekerjaan galian tanah, struktur beton pelimpah, hidromekanikal serta pembuatan jembatan bailey di atas Struktur Pelimpah yaitu jembatan sementara yang digunakan untuk akses jalan pekerjaan timbunan Main Dam.

“Dalam proses percepatannya, proyek ini akan mengimplementasikan BIM (Building Information Modeling) dengan pendekatan kolaboratif berbasis model 3D untuk merencanakan, merancang, membangun dan mengelola konstruksi dengan cara yang lebih efisien serta memberdayakan penyerapan tenaga lokal dari warga sekitar,” ujar Tjahjo.

Proyek yang digarap melalui kerja sama operasi (KSO) dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT PP (Persero) Tbk, secara teknis memiliki luas genangan 1.026,55 hektar serta kapasitas tampung efektif sebesar 59,1 juta m3.

“Kami berharap proses pembangunan bendungan ini dapat berjalan dengan lancar sesuai target dan kelak dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,” ucap Tjahjo.

Baca juga: Pembangunan Bendungan Karangnongko Dimulai, Waskita Bersama Menteri PUPR dan Mensesneg Lakukan Kunjungan Kerja dan Doa Bersama
Baca juga: Hutama Karya garap proyek pipa bawah laut Kilang Balikpapan
Baca juga: Hutama Karya percepat transformasi digital dalam operasional bisnis