Bogor (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menilai negara-negara di Afrika kini memiliki prospek bisnis yang besar terlebih setelah negara-negara industri maju dan berpengaruh termasuk Jepang, China dan Korea Selatan berlomba secara agresif untuk meraih peluang bisnis di kawasan tersebut.

"Afrika sekarang bukanlah Afrika 20 tahun lalu yang sarat dengan konflik, kelaparan dan penyakit. Afrika adalah benua dengan segudang peluang bisnis dan peluang Indonesia cukup besar di Afrika, terlebih kita memiliki hubungan sejarah yang positif," kata Direktur Afrika Kemlu Lasro Simbolon kepada Antara di Bogor, Kamis.

Simbolon mengemukakan hal itu usai mengelar forum diskusi yang dihadiri Dubes Nigeria untuk Indonesia Abdul Rahman Sallahdeen beserta 70 peserta dari berbagai perwakilan kementrian, lembaga dan sejumlah perwakilan propinsi, Kadin dan juga kalangan media. Forum diskusi itu mempersiapkan agenda kerjasama menambut kunjungan Menlu Nigeria pada pertengahan Juli mendatang.

Dalam perspektif Kementrian Luar Negeri, katanya, kini saatnya Indonesia melirik Afrika dan tidak boleh ketinggalan dengan negara-negara lainnya yang sudah lebih dulu merambah berbagai kerjasama di Afrika yang aktif menggali potensi bisnis akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kawasan tersebut.

"Itu sebabnya Kemlu kini aktif mengajak pihak-pihak di Indonesia, baik kalangan swasta, investor, maupun kementrian lainnya di Indonesia bersama-sama melirik ke Afrika. Kita benahi hubungan bilateral yang sudah ada, dan kita tingkatkan kerjasama di level trilateral atau multilateral," katanya.

Total perdagangan RI-Afrika pada 2012 mencapai 11,7 miliar dolar AS atau naik 22 persen dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor Indonesia ke Afrika tercatat sebesar 6 miliar dolar dan impor 5,7 miliar dolar. Investasi negara-negara Afrika di Indonesia pada 2012 mencapai 2,2 miliar dolar atau naik nam kali lipat dibanding 2011.

Mengenai pandangan negatif (stigma) yang masih ada di benak sebagian masyarakat terhadap negara-negara di Afrika, Simbolon menjelaskan bahwa situasi di Afrika juga sudah berubah secara signifikan. Saat ini sedang terjadi transformasi politik di negara-negara Afrika menuju negara yang lebih demokratis dan berbagai kemudahan dalam aturan ekonomi sehingga memberikan jaminan untuk membuka peluang bisnis.

"Kalau soal terjadinya kejahatan, semestinya tidak terlalu dipusingkan. Mengapa negara-negara maju justru lebih berani dan lebih dulu berbisnis di Afrika. Masalahnya apakah kita bisa melihat peluang atau tidak. Jangan lupa sudah ada perusahaan Indonesia yang berbisnis di Afrika dan nyatanya sukses," katanya berupaya mematahkan sentimen mengenai Afrika.

Hal senada juga disampaikan Dubes Nigeria untuk Indonesia Abdul Rahman Sallahdeen yang mengakui kalau pandangan negatif tentang Afrika, termasuk negaranya, masih tetap tertanam di benak sebagian masyarakat dunia. Namun bagaimanapun setiap peristiwa selalu memunculkan dua sisi yang bersamaan, yaitu peluang dan juga tantangan.

"Di belahan dunia manapun selalu ada kejahatan, begitu juga di Amerika Serikat. Afrika, dan Nigeria sendiri memiliki upaya serius menurunkan angka kejahatan, dan trennya terus menurun belakangan ini. Jika ingin berbisnisi tanyakan langsung ke kedutaan," katanya.

Para duta besar Afrika di Indonesia, yang diwakili 11 kedutaan, berusaha menjelaskan kepada publik Indonesia tentang sisi positif benua itu. Melalui Hari Afrika yang biasa digelar setiap tanggal 25 Mei, warga Afrika menjadikan Hari Afrika sebagai peringatan untuk membangun persaudaraan dalam perjuangan dan kemajuan ekonomi serta perdamaian.

Keinginan Indonesia untuk ke Afrika nyatanya tidak bertepuk sebelah tangan. Ketua Grup Duta Besar dan Korps Diplomat Afrika di Indonesia Alice Mageza dalam jumpa pers di Wisma Antara Jakarta, Mei lalu mengajak agar Indonesia dan komunitas bisnisnya berusaha di Afrika.

"Mari kita ke Afrika!" begitulah ajakan Alice Mageza yang saat itu didampingi rekannya sesama duta besar dari sepuluh negara Afrika.

Negara-negara Afrika sendiri mengusung tema, "Meningkatkan Perdagangan Intra-Afrika" guna memanfaatkan pertumbuhan ekonomi Afrika pada 2011 yang tumbuh rata-rata 5-6 persen setahun. (*)