Fikri Jufri : masyarakat harus pahami konteks berita
13 Juni 2013 20:40 WIB
Pertemuan Pemred Menkominfo Tifatul Sembiring (kiri) menyampaikan paparan masalah pengembangan Konvergensi Media saat menjadi pembicara pada Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi Se-Indonesia di Bali Nusa Dua Convention Centre (BNDCC), Bali, Jumat (14/6). Forum Pemred diharapkan bisa mendorong dan mengawal mewujudkan secara konkret Indonesia yang lebih perkasa dan membawa banyak manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. (ANTARA FOTO/Satya Baty)
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Komisaris Tempo Fikri Jufri mengatakan masyarakat harus memahami konteks dari sebuah pemberitaan sebelum mengambil kesimpulan dan menghakimi apa atau siapa yang diberitakan.
"Misalnya, saat Presiden diberitakan mengeluhkan gaji yang tidak pernah naik. Masyarakat harus paham bahwa hal itu disampaikan saat mengumumkan kenaikan gaji TNI/Polri," kata Fikri Jufri di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Fikri Jufri menjadi salah satu pembicara dalam sesi pertama Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi se-Indonesia. Sesi yang dipandu Pemimpin Redaksi LKBN Antara Akhmad Kusaeni itu bertema "Membangun Kelompok Media Sebagai Pendorong Perekonomian".
Fikri mengatakan saat Presiden mengatakan mengenai gajinya yang tak pernah naik, hal itu disampaikan secara sambil lalu untuk membandingkan dengan anggota TNI/Polri yang akan naik gaji.
"Namun, sepotong informasi yang sebenarnya disampaikan sambil lalu itu, dianggap masyarakat bahwa Presiden mengeluhkan gajinya tak pernah naik. Kalau masyarakat memahami konteks ucapan Presiden itu, tentu hal itu tak terjadi," katanya.
Fikri mengatakan media bukanlah wujud yang satu dan tetap, melainkan memiliki bentuk yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Bila sebelumnya media hanya dikenal berupa cetak dan elektronik, kini dikenal media online dan media sosial.
Dalam diskusi panel itu, selain Fikri Jufri, pembicara lain adalah CEO Kompas Gramedia Grup Agung Adiprasetyo, pemimpin grup media Jawa Pos, Direktur Utama Metro TV Surya Paloh dan Direktur Utama SCTV Sukamto Hartono.
Pada kesempatan itu, Dahlan Iskan mengatakan media harus punya keinginan kuat untuk memperbaiki birokrasi Indonesia yang selama ini dianggap lama dan tidak efektif.
"Saya baru saja melihat pembangunan jalan tol di Bali. Ternyata untuk jalan tol sepanjang 12 kilometer bisa dibangun dalam waktu cepat, 12 bulan," katanya.
(D018/E008)
"Misalnya, saat Presiden diberitakan mengeluhkan gaji yang tidak pernah naik. Masyarakat harus paham bahwa hal itu disampaikan saat mengumumkan kenaikan gaji TNI/Polri," kata Fikri Jufri di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Fikri Jufri menjadi salah satu pembicara dalam sesi pertama Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi se-Indonesia. Sesi yang dipandu Pemimpin Redaksi LKBN Antara Akhmad Kusaeni itu bertema "Membangun Kelompok Media Sebagai Pendorong Perekonomian".
Fikri mengatakan saat Presiden mengatakan mengenai gajinya yang tak pernah naik, hal itu disampaikan secara sambil lalu untuk membandingkan dengan anggota TNI/Polri yang akan naik gaji.
"Namun, sepotong informasi yang sebenarnya disampaikan sambil lalu itu, dianggap masyarakat bahwa Presiden mengeluhkan gajinya tak pernah naik. Kalau masyarakat memahami konteks ucapan Presiden itu, tentu hal itu tak terjadi," katanya.
Fikri mengatakan media bukanlah wujud yang satu dan tetap, melainkan memiliki bentuk yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Bila sebelumnya media hanya dikenal berupa cetak dan elektronik, kini dikenal media online dan media sosial.
Dalam diskusi panel itu, selain Fikri Jufri, pembicara lain adalah CEO Kompas Gramedia Grup Agung Adiprasetyo, pemimpin grup media Jawa Pos, Direktur Utama Metro TV Surya Paloh dan Direktur Utama SCTV Sukamto Hartono.
Pada kesempatan itu, Dahlan Iskan mengatakan media harus punya keinginan kuat untuk memperbaiki birokrasi Indonesia yang selama ini dianggap lama dan tidak efektif.
"Saya baru saja melihat pembangunan jalan tol di Bali. Ternyata untuk jalan tol sepanjang 12 kilometer bisa dibangun dalam waktu cepat, 12 bulan," katanya.
(D018/E008)
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: