Daun kelor bisa jadi pilihan makanan alternatif yang bergizi
30 Oktober 2023 16:04 WIB
Praktisi kesehatan dan pengusaha dr. Andree Hartanto, Sp.OG (tengah) dan Ketua Umum IKKT Pragati Wira Anggini, Vero Yudo Margono (kanan), dalam gelar wicara di Jakarta Selatan, Senin (30/10/2023). ANTARA/Nabil Ihsan.
Jakarta (ANTARA) - Daun kelor yang amat bergizi dan kaya vitamin patut jadi pilihan makanan untuk memperbaiki kondisi gizi anak, khususnya yang mengalami stunting, demikian menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr. Andree Hartanto, Sp.OG.
“Penelitian menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kalsium lebih tinggi empat kali dari susu dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk, apabila dibandingkan per seratus gram,” kata Andree, yang menempuh pendidikan di Universitas Sam Ratulangi, saat gelar wicara bersama IKKT Pragati Wira Anggini di Jakarta, Senin.
Selain kaya vitamin dan kalsium, dokter spesialis obstetri dan ginekologi itu berkata bahwa daun kelor memiliki tingkat protein nabati tertinggi dari semua sayur serta kaya kalsium, vitamin C, vitamin B, dan zat besi.Sudah banyak jurnal ilmiah yang membuktikan manfaat daun kelor bagi kesehatan tubuh, khususnya bagi perbaikan gizi anak-anak yang mengalami stunting, kata Andree yang turut mempromosikan konsumsi daun kelor dengan membuka restoran di Jakarta dan Nusa Tenggara Timur itu.
“Meskipun tidak ada susu sapi, Tuhan menciptakan daun kelor yang tinggi kalsium dan vitamin D juga,” ucap dia.
Baca juga: Pemprov apresiasi warga Tangerang budidaya daun kelor atasi stunting
Daun kelor juga amat bermanfaat bagi ibu hamil karena makanan tersebut dapat meningkatkan zat besi sebelum dan saat kehamilan serta saat menyusui sehingga menurunkan risiko anak mengalami stunting.
Meski demikian, Andree menjelaskan bahwa mengonsumsi daun kelor saja tidak cukup untuk memulihkan kondisi fisik anak yang terdampak stunting. Ibu juga harus memastikan anaknya mengonsumsi protein hewani dan protein nabati lainnya secara cukup dan seimbang.
Selain itu, penanganan stunting juga memerlukan strategi yang holistik selain hanya memastikan konsumsi makanan yang bergizi bagi anak-anak, kata Andree.
Kasus stunting di Indonesia pada kurun 2022 mencapai 21,6 persen dari populasi balita, menurun dari angka setahun sebelumnya yang berkisar 24,4 persen. Sementara itu, pemerintah menargetkan jumlah kasus stunting pada 2024 menurun hingga angka 14 persen.
Baca juga: Mahasiswa UNG manfaatkan daun kelor cegah stunting
Baca juga: Pemkot Kupang tetapkan hari konsumsi daun kelor di sekolah
Baca juga: BKKBN minta calon pengantin perlu konsumsi daun kelor kaya kalsium
“Penelitian menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kalsium lebih tinggi empat kali dari susu dan vitamin C tujuh kali lebih tinggi dari jeruk, apabila dibandingkan per seratus gram,” kata Andree, yang menempuh pendidikan di Universitas Sam Ratulangi, saat gelar wicara bersama IKKT Pragati Wira Anggini di Jakarta, Senin.
Selain kaya vitamin dan kalsium, dokter spesialis obstetri dan ginekologi itu berkata bahwa daun kelor memiliki tingkat protein nabati tertinggi dari semua sayur serta kaya kalsium, vitamin C, vitamin B, dan zat besi.Sudah banyak jurnal ilmiah yang membuktikan manfaat daun kelor bagi kesehatan tubuh, khususnya bagi perbaikan gizi anak-anak yang mengalami stunting, kata Andree yang turut mempromosikan konsumsi daun kelor dengan membuka restoran di Jakarta dan Nusa Tenggara Timur itu.
“Meskipun tidak ada susu sapi, Tuhan menciptakan daun kelor yang tinggi kalsium dan vitamin D juga,” ucap dia.
Baca juga: Pemprov apresiasi warga Tangerang budidaya daun kelor atasi stunting
Daun kelor juga amat bermanfaat bagi ibu hamil karena makanan tersebut dapat meningkatkan zat besi sebelum dan saat kehamilan serta saat menyusui sehingga menurunkan risiko anak mengalami stunting.
Meski demikian, Andree menjelaskan bahwa mengonsumsi daun kelor saja tidak cukup untuk memulihkan kondisi fisik anak yang terdampak stunting. Ibu juga harus memastikan anaknya mengonsumsi protein hewani dan protein nabati lainnya secara cukup dan seimbang.
Selain itu, penanganan stunting juga memerlukan strategi yang holistik selain hanya memastikan konsumsi makanan yang bergizi bagi anak-anak, kata Andree.
Kasus stunting di Indonesia pada kurun 2022 mencapai 21,6 persen dari populasi balita, menurun dari angka setahun sebelumnya yang berkisar 24,4 persen. Sementara itu, pemerintah menargetkan jumlah kasus stunting pada 2024 menurun hingga angka 14 persen.
Baca juga: Mahasiswa UNG manfaatkan daun kelor cegah stunting
Baca juga: Pemkot Kupang tetapkan hari konsumsi daun kelor di sekolah
Baca juga: BKKBN minta calon pengantin perlu konsumsi daun kelor kaya kalsium
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: