Dexa Medica bersinergi dengan BKKBN edukasi ratusan bidan
30 Oktober 2023 14:54 WIB
Dexa Medica berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menggelar program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur beberapa waktu lalu. (ANTARA/Ho)
Jakarta (ANTARA) - Dexa Medica berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menggelar program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Ahli Utama Penyuluh Keluarga Berencana BKKBN Dwi Listyawardani mengemukakan bahwa stunting menjadi permasalahan yang cukup genting. Stunting terjadi akibat asupan nutrisi yang kurang atau infeksi berulang saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Stunting menjadi ancaman kualitas generasi muda. Tidak hanya mengalami terganggunya pertumbuhan fisik. Melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif,” kata Dwi dalam keterangan pers, Senin.
Baca juga: Dexa Medica bersama BKKBN beri edukasi bidan untuk cegah stunting
Angka stunting di Karisidenan Besuki yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Situbondo, ditambah Lumajang dan Probolinggo, masih cukup tinggi.
“Persoalannya di Jawa Timur ini, terutama karena menikah di usia dini. Angkanya di atas 50 persen” kata Dwi.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Timur Lestari mengungkapkan bersama 38.698 bidan di seluruh Indonesia, mereka berkomitmen untuk membantu menurunkan angka stunting dan mengejar target penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.Peran bidan dalam menurunkan angka stunting tidak hanya di Jember, tetapi, juga secara nasional, yaitu dengan memaksimalkan peran bidan.
“Kita selalu intervensi. Kita selalu melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang risiko itu penting sekali. Jadi, teman-teman yang ada di lapangan, selalu kita beri dukungan bahwa kalau memang ada pemeriksaan kehamilan mereka berisiko tinggi, kita sudah punya catatan. Tidak hanya itu, sebagai upaya penurunan stunting kami juga memberikan edukasi penyuluhan,” Lestari memaparkan.
Baca juga: Dexa Medica bagi-bagi vitamin di sejumlah titik mudik
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Hendro Soelistijono mengatakan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Jember tahun 2022 sebesar 34,9 persen, paling tinggi di provinsi Jawa Timur.
“Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Jember bisa ditekan lagi sehingga bisa mencapai target 14 persen di tahun 2024,” ujar Hendro.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Sandy Hendrayono mengemukakan, mereka memberikan fokus penurunan angka stunting di Kabupaten Situbondo pada 20 desa di wilayah Situbondo, antara lain dengan inovasi kelompok Pendukung ASI dan penggunaan suplemen untuk meningkatkan ASI.
Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy mengatakan Dexa Group berkontribusi mengatasi stunting bersama BKKBN, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda), dan Ikatan Bidan Indonesia dengan mengedukasi para bidan di Kabupaten Jember.
“Jember tidak sendiri berupaya untuk mengatasi penurunan prevalensi ini. Kami dari Dexa Group, berdasarkan keahlian kami, turut mendukung Program Percepatan Penurunan Stunting, sesuai dengan landasan perusahaan yaitu 'Expertise for the Promotion of Health',” kata Tarcisius.
Baca juga: Menkes: Masalah stunting harus diselesaikan seluruh komponen bangsa
Head of Corporate Communications Dexa Group Sonny Himawan menegaskan bahwa target penurunan stunting merupakan implementasi salah satu core value perusahaan deal with care.
"Untuk mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen memerlukan kolaborasi pentahelix. Sejak tahun 2022 Dexa Group dan BKKBN telah berkolaborasi dengan lebih dari 7.000 bidan di 8 wilayah untuk melakukan edukasi pencegahan stunting," ungkap Sonny Himawan.
Sebagai perusahaan di sektor kesehatan, Dexa Group juga berperan menciptakan inovasi produk farmasi yang mendukung upaya intervensi stunting, salah satunya dengan mengembangkan HerbaAsimor yang berperan membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI.
Baca juga: Kemenkes: Stunting masih bisa diperbaiki pada usia di atas 2 tahun
Baca juga: Kemenkes: Mitigasi optimal stunting sebelum anak berusia dua tahun
Baca juga: BKKN minta desa dan kelurahan miliki inovasi untuk turunkan stunting
Ahli Utama Penyuluh Keluarga Berencana BKKBN Dwi Listyawardani mengemukakan bahwa stunting menjadi permasalahan yang cukup genting. Stunting terjadi akibat asupan nutrisi yang kurang atau infeksi berulang saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Stunting menjadi ancaman kualitas generasi muda. Tidak hanya mengalami terganggunya pertumbuhan fisik. Melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif,” kata Dwi dalam keterangan pers, Senin.
Baca juga: Dexa Medica bersama BKKBN beri edukasi bidan untuk cegah stunting
Angka stunting di Karisidenan Besuki yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Situbondo, ditambah Lumajang dan Probolinggo, masih cukup tinggi.
“Persoalannya di Jawa Timur ini, terutama karena menikah di usia dini. Angkanya di atas 50 persen” kata Dwi.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Timur Lestari mengungkapkan bersama 38.698 bidan di seluruh Indonesia, mereka berkomitmen untuk membantu menurunkan angka stunting dan mengejar target penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.Peran bidan dalam menurunkan angka stunting tidak hanya di Jember, tetapi, juga secara nasional, yaitu dengan memaksimalkan peran bidan.
“Kita selalu intervensi. Kita selalu melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang risiko itu penting sekali. Jadi, teman-teman yang ada di lapangan, selalu kita beri dukungan bahwa kalau memang ada pemeriksaan kehamilan mereka berisiko tinggi, kita sudah punya catatan. Tidak hanya itu, sebagai upaya penurunan stunting kami juga memberikan edukasi penyuluhan,” Lestari memaparkan.
Baca juga: Dexa Medica bagi-bagi vitamin di sejumlah titik mudik
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Hendro Soelistijono mengatakan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Jember tahun 2022 sebesar 34,9 persen, paling tinggi di provinsi Jawa Timur.
“Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Jember bisa ditekan lagi sehingga bisa mencapai target 14 persen di tahun 2024,” ujar Hendro.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo Sandy Hendrayono mengemukakan, mereka memberikan fokus penurunan angka stunting di Kabupaten Situbondo pada 20 desa di wilayah Situbondo, antara lain dengan inovasi kelompok Pendukung ASI dan penggunaan suplemen untuk meningkatkan ASI.
Corporate Affairs Director Dexa Group Tarcisius Tanto Randy mengatakan Dexa Group berkontribusi mengatasi stunting bersama BKKBN, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda), dan Ikatan Bidan Indonesia dengan mengedukasi para bidan di Kabupaten Jember.
“Jember tidak sendiri berupaya untuk mengatasi penurunan prevalensi ini. Kami dari Dexa Group, berdasarkan keahlian kami, turut mendukung Program Percepatan Penurunan Stunting, sesuai dengan landasan perusahaan yaitu 'Expertise for the Promotion of Health',” kata Tarcisius.
Baca juga: Menkes: Masalah stunting harus diselesaikan seluruh komponen bangsa
Head of Corporate Communications Dexa Group Sonny Himawan menegaskan bahwa target penurunan stunting merupakan implementasi salah satu core value perusahaan deal with care.
"Untuk mencapai target penurunan stunting hingga 14 persen memerlukan kolaborasi pentahelix. Sejak tahun 2022 Dexa Group dan BKKBN telah berkolaborasi dengan lebih dari 7.000 bidan di 8 wilayah untuk melakukan edukasi pencegahan stunting," ungkap Sonny Himawan.
Sebagai perusahaan di sektor kesehatan, Dexa Group juga berperan menciptakan inovasi produk farmasi yang mendukung upaya intervensi stunting, salah satunya dengan mengembangkan HerbaAsimor yang berperan membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI.
Baca juga: Kemenkes: Stunting masih bisa diperbaiki pada usia di atas 2 tahun
Baca juga: Kemenkes: Mitigasi optimal stunting sebelum anak berusia dua tahun
Baca juga: BKKN minta desa dan kelurahan miliki inovasi untuk turunkan stunting
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023
Tags: