Sejumlah UKM bidik ekspor kerajinan ke Malaysia
13 Juni 2013 18:13 WIB
Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani Musthoha Iskandar dan Dirut PT Palawi Risorsis, Heru Luthfi Nazianto, meninjau pameran Inacraft in Malaysia ke-4 di Kuala Lumpur, kamis (13/6). (ANTARANews/Risbiani Fardaniah)
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sejumlah usaha kecil dan menengah (UKM) di bidang kerajinan membidik pasar di Malaysia yang permintaannya setiap tahun terus meningkat.
"Ada 33 UKM yang ikut pada Inacraft lifestyle in Malaysia tahun ini," kata Direktur Utama PT Palawi Risorsis Heru Luthfi Nazianto, di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis.
PT Palawi Risorsis merupakan anak perusahaan Perum Perhutani yang menyelenggarakan Inacraft di Malaysia bekerja sama dengan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi).
Heru mengatakan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pameran produk kerajinan Indonesia di Malaysia itu, tahun ini bergabung dengan pameran besar KL International Gift, Premium, and Stationary Fair (KLIGP) ke-5 di Putra World Trade Center (PWTC) di Kuala Lumpur.
"Sejak 2009 sampai tahun lalu, Inacraft Lifestyle in Malaysia dilaksanakan secara mandiri di KLCC, baru tahun ini bergabung dengan KLIGP," ujar Heru. Ia berharap dengan ikut bergabung pada pameran besar KLIGP yang berlangsung sejak 12 sampai 14 Juni, maka jumlah pengunjung dan transaksi pada Inacraft Lifestyle akan meningkat tahun ini.
Berdasarkan data PT Palawi yang sejak 2009 menyelenggarakan Inacraft Lifestyle di Malaysia, transaksi penjualan berfluktuasi. Pada 2009 transaksi penjualan mencapai satu juta ringgit atau sekitar Rp3,2 miliar, kemudian naik pada 2010 menjadi 1,8 juta ringgit, dan pada 2011 turun menjadi satu juta ringgit.
"Tahun 2012 kami tidak ikut menjadi penyelenggara. Tahun ini kami menargetkan transaksi bisa mencapai tiga juta ringgit," kata Heru.
Pameran Inacraft tersebut antara lain diikuti oleh UKM yang memproduksi antara lain perhiasan, tas tangan, tekstil dan produk tekstil termasuk bordir, sulam tangan dan batik, serta cenderamata. Sementara itu Dubes RI untuk Malaysia Herman Prayitno mengatakan peluang pasar ekspor produk kerajinan Indonesia di Malaysia masih terbuka luas.
"Pangsa pasar produk kerajinan Indonesia di Malaysia baru 0,59 persen dari total impor kerajinan di Malaysia yang mencapai 980 juta ringgit tahun lalu ," ujarnya.
Ia mengatakan Malaysia bisa menjadi pintu masuk produk kerajinan Indonesia ke pasar internasional, karena jumlah wisatawan asing ke negeri jiran itu cukup besar. Tahun lalu wisatawan asing yang datang ke Malaysia, kata dia, menembus angka 25 juta orang.
Selama lima tahun terakhir 2008-2012, kata Herman, impor Malaysia terhadap produk kerajinan asal Indonesia rata-rata tumbuh 31 persen. Pada Januari-Maret 2013 impor produk kerajinan Indonesia oleh Malaysia telah menembus angka sekitar enam juta ringgit atau naik 78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Ada 33 UKM yang ikut pada Inacraft lifestyle in Malaysia tahun ini," kata Direktur Utama PT Palawi Risorsis Heru Luthfi Nazianto, di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis.
PT Palawi Risorsis merupakan anak perusahaan Perum Perhutani yang menyelenggarakan Inacraft di Malaysia bekerja sama dengan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi).
Heru mengatakan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pameran produk kerajinan Indonesia di Malaysia itu, tahun ini bergabung dengan pameran besar KL International Gift, Premium, and Stationary Fair (KLIGP) ke-5 di Putra World Trade Center (PWTC) di Kuala Lumpur.
"Sejak 2009 sampai tahun lalu, Inacraft Lifestyle in Malaysia dilaksanakan secara mandiri di KLCC, baru tahun ini bergabung dengan KLIGP," ujar Heru. Ia berharap dengan ikut bergabung pada pameran besar KLIGP yang berlangsung sejak 12 sampai 14 Juni, maka jumlah pengunjung dan transaksi pada Inacraft Lifestyle akan meningkat tahun ini.
Berdasarkan data PT Palawi yang sejak 2009 menyelenggarakan Inacraft Lifestyle di Malaysia, transaksi penjualan berfluktuasi. Pada 2009 transaksi penjualan mencapai satu juta ringgit atau sekitar Rp3,2 miliar, kemudian naik pada 2010 menjadi 1,8 juta ringgit, dan pada 2011 turun menjadi satu juta ringgit.
"Tahun 2012 kami tidak ikut menjadi penyelenggara. Tahun ini kami menargetkan transaksi bisa mencapai tiga juta ringgit," kata Heru.
Pameran Inacraft tersebut antara lain diikuti oleh UKM yang memproduksi antara lain perhiasan, tas tangan, tekstil dan produk tekstil termasuk bordir, sulam tangan dan batik, serta cenderamata. Sementara itu Dubes RI untuk Malaysia Herman Prayitno mengatakan peluang pasar ekspor produk kerajinan Indonesia di Malaysia masih terbuka luas.
"Pangsa pasar produk kerajinan Indonesia di Malaysia baru 0,59 persen dari total impor kerajinan di Malaysia yang mencapai 980 juta ringgit tahun lalu ," ujarnya.
Ia mengatakan Malaysia bisa menjadi pintu masuk produk kerajinan Indonesia ke pasar internasional, karena jumlah wisatawan asing ke negeri jiran itu cukup besar. Tahun lalu wisatawan asing yang datang ke Malaysia, kata dia, menembus angka 25 juta orang.
Selama lima tahun terakhir 2008-2012, kata Herman, impor Malaysia terhadap produk kerajinan asal Indonesia rata-rata tumbuh 31 persen. Pada Januari-Maret 2013 impor produk kerajinan Indonesia oleh Malaysia telah menembus angka sekitar enam juta ringgit atau naik 78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: