Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Toni Prasetiantono menilai keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate dari 5,75 persen menjadi 6 persen merupakan kebijakan tepat.
"Saya pikir strategi menaikkan BI Rate ke 6 persen sudah benar," kata Tony saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut Tony, jika BI menaikkan suku bunga acuan terlalu besar bisa ditangkap oleh pasar sebagai sikap panik. "Ini bisa meniupkan sentimen negatif ke pasar," ujarnya.
Namun demikian, lanjut Tony, BI Rate 6 persen memang belum tentu cukup berhasil mendorong penguatan rupiah dan perlu dilihat terlebih dahulu respons pasar.
"Jika rupiah masih terkulai lemah dan terus tertekan, apa boleh buat, BI Rate perlu dinaikkan, namun dengan spirit tetap konservatif, ke 6,25 persen," kata Tony.
Tony juga menambahkan, kenaikan BI Rate ini juga cukup diperlukan, setidaknya bisa mengurangi beban biaya intervensi.
"Ini penting, mengingat cadev kita sekarang 105 miliar dolar AS, bahkan saya duga kurang, atau sangat dekat dengan batas psikologis 100 miliar dolar AS," ujar Tony.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Kamis ini(13/6) memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen, dengan suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility masing-masing tetap sebesar 4,25 persen dan 6,75 persen.
BI menyatakan kebijakan tersebut merupakan bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk secara pre-emptive merespons meningkatnya ekspektasi inflasi serta memelihara kestabilan makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global.
Pengamat nilai kenaikan BI Rate tepat
13 Juni 2013 17:01 WIB
Bank Indonesia (BI). (Istimewa)
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: