New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) didorong kekhawatiran meluasnya konflik Israel-Hamas yang dapat mengganggu pasokan minyak global.

Minyak mentah berjangka Brent naik 2,55 dolar AS atau 2,9 persen ke posisi 90,48 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 2,33 dolar AS atau 2,8 persen menjadi 85,54 dolar AS per barel.

Harga minyak Brent dibandingkan WTI naik ke level tertinggi sejak Maret, menjadikannya lebih menarik bagi perusahaan-perusahaan energi untuk mengirim kapal ke AS guna mengambil minyak mentah untuk diekspor. Untuk minggu ini, Brent turun sekitar 2 persen dan WTI turun sekitar 4 persen.

Perdagangan berombak. Pada awal sesi, harga minyak melonjak lebih dari 2 dolar AS per barel setelah militer AS menyerang sasaran Iran di Suriah. Kemudian harga sempat berubah menjadi negatif karena pasar mencerna berbagai laporan mengenai pembicaraan mediasi antara Hamas dan Israel yang dipimpin oleh Qatar yang berkoordinasi dengan AS.

"Kita bergantung pada berita utama berikutnya dan saya pikir itulah yang kita lihat hari ini dengan adanya perubahan harga," kata analis Price Futures Group Phil Flynn.

Menurut Flynn, investor harus lebih khawatir tentang apa yang akan terjadi di Timur Tengah.

Pasukan udara dan darat Israel meningkatkan operasi di Jalur Gaza di tengah laporan pemboman besar-besaran di wilayah kantong yang terkepung.

Sejumlah negara, termasuk banyak negara Arab, telah mendesak Israel untuk menunda rencana invasi darat yang akan menelan korban sipil lebih banyak dan mungkin memicu konflik yang lebih luas.

Perkembangan di Timur Tengah sejauh ini tidak secara langsung mempengaruhi pasokan minyak, namun banyak yang khawatir akan terganggunya ekspor dari Iran, produsen minyak mentah utama yang merupakan pendukung Hamas, dan juga dari negara-negara lain.

“Ini masih sangat sulit bahkan bagi para pengamat regional yang paling berpengetahuan untuk membuat keputusan mengenai arah krisis saat ini, karena garis merah yang dapat membawa lebih banyak pemain ke medan perang sebagian besar masih tidak dapat dipahami,” kata analis RBC Capital Helima Croft.

Analis Goldman Sachs mempertahankan perkiraan harga minyak mentah Brent pada kuartal pertama ll 2024 sebesar 95 dolar AS per barel tetapi menambahkan bahwa ekspor Iran yang lebih rendah dapat menyebabkan harga dasar naik sebesar 5 persen.

Prospek permintaan minyak pun tidak menentu.

Beberapa ekonom percaya bahwa The Fed menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Namun, para ekonom mengatakan kepada Reuters bahwa mereka memperkirakan inflasi yang tinggi akan terus membebani perekonomian dunia tahun depan.

Baca juga: Wall Street beragam, pasar cerna laporan emiten dan data ekonomi AS
Baca juga: Emas naik dipicu tensi geopolitik di Timur Tengah
Baca juga: Dolar AS melemah usai rilis data pengeluaran konsumsi pribadi