Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada Rabu pagi menguat ke posisi Rp9.820 per dolar AS seiring dengan Bank Indonesia (BI) yang melakukan intervensi di pasar uang.

Nilai tukar rupiah bergerak menguat sebesar 18 poin menjadi Rp9.820 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.838 per dolar AS.

"Dalam dua hari terakhir BI cukup gencar melawan pasar akibat meningkatnya permintaan dolar AS baik untuk kebutuhan riil maupun spekulasi," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan upaya yang dilakukan BI untuk menjaga rupiah cukup signifikan sehingga mata uang domestik berada dalam area positif.

Selain itu, lanjut dia, BI juga menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan BI (FasBI) sebesar 25 basis poin (bps) dari empat persen menjadi 4,25 persen. BI juga kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuannya sebagai sinyal mewaspadai inflasi.

"Upaya BI itu akan cukup efektif dalam jangka pendek, tetapi pasar masih wait and see dengan rencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi," kata dia

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih terbuka menjadi salah satu pendorong nilai tukar rupiah menguat.

Menurut dia, tren pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir lebih disebabkan faktor negatif eksternal menyusul perlambatan ekonomi China.

Ia meyakini bahwa pelemahan rupiah hanya bersifat sementara, setelah adanya kejelasan besaran kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsidi, dan nilai tukar domestik diprediksi akan kembali terangkat.