Uji coba "wolbachia" menunggu kesepakatan Kemenkes-DKI
27 Oktober 2023 20:22 WIB
Arsip foto - Petugas melakukan pengasapan (fogging) di permukiman warga di kawasan Puri Mutiara Raya, Cilandak Barat, Jakarta, Selasa (22/2/2022). ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/aa.
Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat menyebutkan uji coba “wolbachia” sebagai bakteri yang dapat tumbuh pada nyamuk untuk melumpuhkan virus dengue dalam tubuh aedes aegypti sedang menunggu nota kesepakatan Kementerian Kesehatan dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Penandatanganan 'Memorandum of Understanding' (MoU) antara Kemenkes dengan Balaikota (DKI)," ungkap Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat Erizon
Safari saat dihubungi di Jakarta pada Jumat.
Namun demikian, sebagai langkah antisipasi pihaknya tetap mempersiapkan kader dalam rangka uji coba tersebut. "Iyalah (dipersiapkan), supaya kalau 'launching' sudah bisa lebih siap," kata Erizon.
Erizon mengatakan, Kota Jakarta Barat (Jakbar) menjadi salah satu dari tujuh daerah di Indonesia untuk uji coba "wolbachia" karena memiliki angka DBD cukup tinggi. Selain itu, petugas kesehatan yang mengikuti pelatihan juga memiliki nilai yang baik.
“Pak Menteri Kesehatan langsung yang menunjuk untuk dijadikan tempat pertama penerapan 'wolbachia'," kata Erizon.
Baca juga: Jakbar siapkan kader untuk uji coba "Wolbachia” lawan virus dengue
Baca juga: Jakarta Barat imbau warga waspada DBD meski trennya turun
Erizon menjelaskan, "wolbachia" ini sudah terbukti dalam penelitian maupun penerapan di kota lain, seperti Yogyakarta yang menunjukkan nyamuk yang diinfeksikan bakteri "wolbachia" tidak bisa menularkan virus demam berdarah dengue (DBD).
"Jika aedes aegypti jantan ber-'wolbachia' kawin dengan betina maka virus DBD akan ter-blok,” kata Erizon.
Sebelumnya, Erizon menuturkan untuk tahap awal "wolbachia" akan diuji coba di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, sebagai tempat penerapannya.
Erizon mengungkapkan kasus DBD di Jakarta Barat selama Januari hingga Agustus 2023 mengalami fluktuasi, namun cenderung menurun. "Pada Januari ada 132 kasus, Februari (94), Maret (105), April (125), Mei (95), Juni (80), Juli (66) dan Agustus 39 kasus," ungkap Erizon.
"Penandatanganan 'Memorandum of Understanding' (MoU) antara Kemenkes dengan Balaikota (DKI)," ungkap Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat Erizon
Safari saat dihubungi di Jakarta pada Jumat.
Namun demikian, sebagai langkah antisipasi pihaknya tetap mempersiapkan kader dalam rangka uji coba tersebut. "Iyalah (dipersiapkan), supaya kalau 'launching' sudah bisa lebih siap," kata Erizon.
Erizon mengatakan, Kota Jakarta Barat (Jakbar) menjadi salah satu dari tujuh daerah di Indonesia untuk uji coba "wolbachia" karena memiliki angka DBD cukup tinggi. Selain itu, petugas kesehatan yang mengikuti pelatihan juga memiliki nilai yang baik.
“Pak Menteri Kesehatan langsung yang menunjuk untuk dijadikan tempat pertama penerapan 'wolbachia'," kata Erizon.
Baca juga: Jakbar siapkan kader untuk uji coba "Wolbachia” lawan virus dengue
Baca juga: Jakarta Barat imbau warga waspada DBD meski trennya turun
Erizon menjelaskan, "wolbachia" ini sudah terbukti dalam penelitian maupun penerapan di kota lain, seperti Yogyakarta yang menunjukkan nyamuk yang diinfeksikan bakteri "wolbachia" tidak bisa menularkan virus demam berdarah dengue (DBD).
"Jika aedes aegypti jantan ber-'wolbachia' kawin dengan betina maka virus DBD akan ter-blok,” kata Erizon.
Sebelumnya, Erizon menuturkan untuk tahap awal "wolbachia" akan diuji coba di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, sebagai tempat penerapannya.
Erizon mengungkapkan kasus DBD di Jakarta Barat selama Januari hingga Agustus 2023 mengalami fluktuasi, namun cenderung menurun. "Pada Januari ada 132 kasus, Februari (94), Maret (105), April (125), Mei (95), Juni (80), Juli (66) dan Agustus 39 kasus," ungkap Erizon.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023
Tags: