Rupiah berpotensi melemah pasca data PDB AS lebih baik dari perkiraan
27 Oktober 2023 09:57 WIB
Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022). Kurs Rupiah ditutup Rp14.999 per Dolar AS pada perdagangan Rabu (6/7) hari ini, melemah 0,03 persen ketimbang posisi penutupan perdagangan kemarin (5/7) pada Rp 14.994 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj/foc.)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah karena rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) kuartal III/2023 jauh lebih baik dibandingkan kuartal II/2023, yakni 4,9 persen dari 2,1 persen.
“Data ini menunjukkan ekonomi AS masih solid, sehingga masih memungkinkan untuk Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi ke target 2 persen,” kata ketika dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga masih memicu sentimen hindar risiko di pasar keuangan yang membebani rupiah sebagai aset berisiko.
Baca juga: Pelemahan rupiah diiringi penguatan data ekonomi AS
Secara historis, perang antara Israel dengan Hamas (kelompok perlawanan dari Palestina) berlangsung selama 2-3 bulan. Ini berarti nilai tukar rupiah berpotensi terganggu mengingat babak eskalasi baru dimulai sejak 7 Oktober 2023.
“Hari ini, rupiah mungkin bisa melemah lagi ke arah Rp15.950 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp15.880-Rp15.900 per dolar AS,” ucap Ariston.
Baca juga: Dolar AS menguat didorong data PDB AS lebih cepat dari perkiraan
Investor pada hari ini juga tertuju pada data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index AS yang diprediksi meningkat 0,3 persen month to month (MoM) dan 3,7 persen year on year (YoY).
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak stagnan atau melemah tipis sebesar 0,00 persen atau 0,5 poin menjadi Rp15.920 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.920 per dolar AS.
“Data ini menunjukkan ekonomi AS masih solid, sehingga masih memungkinkan untuk Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi ke target 2 persen,” kata ketika dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga masih memicu sentimen hindar risiko di pasar keuangan yang membebani rupiah sebagai aset berisiko.
Baca juga: Pelemahan rupiah diiringi penguatan data ekonomi AS
Secara historis, perang antara Israel dengan Hamas (kelompok perlawanan dari Palestina) berlangsung selama 2-3 bulan. Ini berarti nilai tukar rupiah berpotensi terganggu mengingat babak eskalasi baru dimulai sejak 7 Oktober 2023.
“Hari ini, rupiah mungkin bisa melemah lagi ke arah Rp15.950 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp15.880-Rp15.900 per dolar AS,” ucap Ariston.
Baca juga: Dolar AS menguat didorong data PDB AS lebih cepat dari perkiraan
Investor pada hari ini juga tertuju pada data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index AS yang diprediksi meningkat 0,3 persen month to month (MoM) dan 3,7 persen year on year (YoY).
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak stagnan atau melemah tipis sebesar 0,00 persen atau 0,5 poin menjadi Rp15.920 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.920 per dolar AS.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023
Tags: