Kemenkes telah vaksinasi 157 orang berisiko cacar monyet
26 Oktober 2023 16:25 WIB
Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (26/10/2023). (ANTARA/Sean Muhamad)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah melakukan vaksinasi cacar monyet atau monkey pox kepada 157 orang yang berisiko memiliki virus cacar monyet.
"Capaian vaksinasi saat ini 157 orang, atau 31,72 persen dari total sasaran 477 orang. Sudah berjalan dan terjadwal di empat atau lima Puskesmas di DKI Jakarta," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Maxi menyebutkan seluruh orang yang termasuk ke dalam sasaran vaksin merupakan bagian dari kelompok lelaki suka lelaki (LSL). Adapun dipilihnya kelompok tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa seluruh kasus aktif berasal dari penularan atau transmisi lokal yang saling berkaitan.
Lebih lanjut, dia menyebutkan sasaran vaksin merupakan orang yang aktif berhubungan seksual dalam dua minggu terakhir. Untuk membantu Kemenkes dalam melakukan penelusuran atau tracing, Kemenkes bekerja sama dengan sejumlah komunitas atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemerhati kelompok berisiko tersebut.
"Tentu bekerja sama dengan LSM yang pada awalnya terkait dengan HIV. Ini kunci, karena LSM ini lebih kenal dengan populasi kunci," ujarnya.
Maxi menyebutkan saat ini pihaknya telah menyiapkan 1.000 dosis vaksin untuk diberikan kepada masing-masing sasaran sebanyak dua dosis. Kemenkes juga telah berkoordinasi dengan ASEAN untuk memperoleh 2.000 dosis vaksin tambahan.
Meski demikian, jumlah tersebut, belum dapat mencukupi total dosis yang dibutuhkan, karena Kemenkes bersama para ahli telah memprakirakan adanya tambahan kasus yang dapat menyentuh angka 3.600 kasus positif.
"Hitungan kami ada 3.600 (kasus), saya kira kalau dikali dua minimal kita butuh 6.500 lagi kalau dikurangi itu (yang sudah divaksin). Farmalkes (Direktorat Jendral Farmasi dan Alat Kesehatan) lagi mengusahakan," ujarnya.
Demi kebaikan bersama, Maxi menyebutkan keterbukaan kelompok LSL terhadap petugas kesehatan sangat diperlukan untuk menelusuri kasus ini, agar penanganan cacar monyet menjadi lebih maksimal.
"Kami butuh sekali keterbukaan kelompok yang positif ini, kalau mereka terbuka, kami akan sangat gampang sekali melakukan tracing," tutur Maxi Rein Rondonuwu.
Baca juga: Kemenkes sebut terdapat 14 kasus aktif cacar monyet di Indonesia
Baca juga: Sudinkes Jakbar selidiki sumber penularan dua kasus cacar monyet
Baca juga: Dinkes DKI lacak kontak erat terduga untuk cegah cacar monyet meluas
"Capaian vaksinasi saat ini 157 orang, atau 31,72 persen dari total sasaran 477 orang. Sudah berjalan dan terjadwal di empat atau lima Puskesmas di DKI Jakarta," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Maxi menyebutkan seluruh orang yang termasuk ke dalam sasaran vaksin merupakan bagian dari kelompok lelaki suka lelaki (LSL). Adapun dipilihnya kelompok tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa seluruh kasus aktif berasal dari penularan atau transmisi lokal yang saling berkaitan.
Lebih lanjut, dia menyebutkan sasaran vaksin merupakan orang yang aktif berhubungan seksual dalam dua minggu terakhir. Untuk membantu Kemenkes dalam melakukan penelusuran atau tracing, Kemenkes bekerja sama dengan sejumlah komunitas atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) pemerhati kelompok berisiko tersebut.
"Tentu bekerja sama dengan LSM yang pada awalnya terkait dengan HIV. Ini kunci, karena LSM ini lebih kenal dengan populasi kunci," ujarnya.
Maxi menyebutkan saat ini pihaknya telah menyiapkan 1.000 dosis vaksin untuk diberikan kepada masing-masing sasaran sebanyak dua dosis. Kemenkes juga telah berkoordinasi dengan ASEAN untuk memperoleh 2.000 dosis vaksin tambahan.
Meski demikian, jumlah tersebut, belum dapat mencukupi total dosis yang dibutuhkan, karena Kemenkes bersama para ahli telah memprakirakan adanya tambahan kasus yang dapat menyentuh angka 3.600 kasus positif.
"Hitungan kami ada 3.600 (kasus), saya kira kalau dikali dua minimal kita butuh 6.500 lagi kalau dikurangi itu (yang sudah divaksin). Farmalkes (Direktorat Jendral Farmasi dan Alat Kesehatan) lagi mengusahakan," ujarnya.
Demi kebaikan bersama, Maxi menyebutkan keterbukaan kelompok LSL terhadap petugas kesehatan sangat diperlukan untuk menelusuri kasus ini, agar penanganan cacar monyet menjadi lebih maksimal.
"Kami butuh sekali keterbukaan kelompok yang positif ini, kalau mereka terbuka, kami akan sangat gampang sekali melakukan tracing," tutur Maxi Rein Rondonuwu.
Baca juga: Kemenkes sebut terdapat 14 kasus aktif cacar monyet di Indonesia
Baca juga: Sudinkes Jakbar selidiki sumber penularan dua kasus cacar monyet
Baca juga: Dinkes DKI lacak kontak erat terduga untuk cegah cacar monyet meluas
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: