Kota Bogor (ANTARA) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menggelar forum grup diskusi (FGD) mengenai tantangan pangan 2024 mencakup perubahan iklim hingga solusi teknologi.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kasan, di sela FGD tantangan pangan, di IICC Bogor, Jawa Barat, Rabu, mengatakan ada empat tantangan pangan ke depan setelah pandemi COVID-19 berlalu yang perlu diantisipasi bersama akademisi hingga praktisi.

"Pertama, yang selama ini sudah kita tahu, yang dampak iklim tadi sudah disampaikan, ada produksi dan sebagainya," katanya.

Kedua, kata dia lagi, ada disrupsi rantai pasok. Bermula dari ada pandemi COVID-19, yang kedua ada perang dagang China dengan Amerika Serikat, termasuk juga ada geopolitik Ukraina dan Rusia berdampak pada harga dan stok pangan.

"Mulai Februari 2022 terjadi perang, beberapa hari kemudian setop pasokan pangan dari Ukraina dan Rusia, sehingga harga pangan melonjak," katanya lagi.

Kasan menyampaikan, tantangan ketiga adalah teknologi pengolahan dan digitalisasi pemasaran pangan. Teknologi bisa menjadi solusi. Salah satunya adalah grafik input yang naik dan turun maka tantangannya adalah kestabilan harga yang dapat dibantu dengan teknologi pengolahan pangan untuk olahan dan sebagainya.

Persoalan berikutnya keempat, kata Kasan pula, adalah perdagangan negara-negara yang politiknya sama. Ini yang menyebabkan perdagangan, termasuk Indonesia, terkonsentrasi. Padahal semua telah sepakat perdagangan adalah memberikan kemakmuran.

"Singapura itu pangannya semua impor, tetapi ketahanan pangannya bagus nomor 28, indeksnya bagus. Jadi apakah ekspor yes, impor no itu, kalau menurut saya sih tidak, karena namanya dagang itu ada jual ada beli. Kalau kita maunya jual aja, orang lain nanti marah," kata dia.

Kasan menyampaikan, untuk mengurai keempat solusi tantangan pangan ini Kemendag bekerja sama ISEI mengadakan fokus grup diskusi untuk memberikan ide dan gagasan.

"Jadi kalau pemerintah memutuskan untuk impor, maka Kemendag akan memutuskan impor, karena ketersediaan harus dipastikan cukup. Agar harga naik bisa diatasi dengan ketersediaan yang cukup," katanya pula.
Baca juga: Mentan minta dunia kerjasama hadapi tantangan global
Baca juga: Kemendag sebut "volatile food" jadi tantangan ketahanan pangan