Jakarta (ANTARA) - PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) bersama PT Palma Banna Mandiri dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh bersinergi mengembangkan dan mengelola biomassa berbasis pemanfaatan sumber daya setempat.

Penjabat Bupati Aceh Tamiang Meurah Budiman dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan sumber energi berbasis fosil semakin menipis. Oleh karena itu, biomassa menjadi sangat penting sebagai sumber energi baru terbarukan dan green. Ia pun mengaku sangat mendukung kesepakatan bersama itu.

Meurah mengatakan pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi juga akan berdampak dalam hal serapan tenaga kerja. Ia pun sangat mengapresiasi PLN EPI dan PT Palma Banna Mandiri yang berkomitmen melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa untuk co-firing (bahan bakar alternatif) bagi PLTU batu bara.

"Kami berharap, program berjalan maksimal, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” kata dia.

PT EPI menandatangani kesepakatan bersama dengan PT Palma Banna Mandiri dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang di Kantor Bupati Aceh Tamiang, Jumat (20/10/2023).

Direktur PT Palma Banna Mandiri Nazaruddin Ibrahim mengatakan biomassa akan menjadi nilai tambah bagi masyarakat, bahkan membuka lapangan pekerjaan baru.

Menurut Nazaruddin, guna memenuhi kebutuhan biomassa untuk PLTU Pangkalan Susu dan Nagan Raya, pihaknya melibatkan masyarakat dalam hal pengumpulan bahan baku.

"Program biomassa ini tidak hanya jadi solusi Nett Zero Emission, namun juga menambah penghasilan masyarakat," ujar Nazar.

Ia melanjutkan di tahap awal ini, pihaknya bekerja sama dengan tiga koperasi di Desa Kaloy, Aceh Tamiang. Ditargetkan, lahan seluas 3.500 hektare akan ditanami berbagai tanaman. Tanaman yang disiapkan untuk jadi sumber biomassa, misalnya kaliandra, indigofera, dan lain sebagainya.

"Total lahan yang akan kami tanami ke depan sekitar 13.500 hektare yang tersebar di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Barat Daya," katanya lagi.

Nazaruddin meyakini dengan melihat besarnya manfaat yang dirasakan, akan makin banyak wilayah yang bakal bekerja sama terkait pemanfaatan untuk tanaman biomassa.

Selain penanaman, ia juga melakukan penyemaian benih di wilayah Langsa. Menurutnya, penyemaian dan penanaman tanaman multifungsi terinspirasi dari program yang sudah dijalankan PLN EPI di wilayah Gunungkidul, DIY.

"Bisa jadi ke depan tidak hanya 13.500 hektare yang dikerjasamakan, namun bertambah banyak seiring dengan semakin diketahuinya manfaat program co-firing PLN," katanya lagi.

Hal senada juga dikatakan Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko. Aris, sapaannya, menerangkan bahwa pihaknya selalu bergerak dengan mitra lokal dalam penyediaan biomassa untuk co-firing PLTU. Bicara soal biomassa, menurut Aris, tak akan bisa lepas dari peran serta masyarakat lokal.

"Mulai dari penyemaian, penanaman, perawatan, pemanenan, pengumpulan, hingga pengiriman ke PLTU pasti akan melibatkan masyarakat," kata Aris.

Dia menerangkan, ada tiga unsur utama terkait biomassa. Masing-masing adalah lahan, pupuk, dan tenaga kerja. Terkait lahan, Aris menegaskan, lahan yang ditanami tanaman multifungsi bukanlah lahan produktif sehingga tidak berkompetisi dengan area produktif yang sudah ada. Skema yang digunakan bisa tumpang sari atau pemanfaatan lahan kritis.

Pada sisi lain ia menjelaskan jika pada prinsipnya semua jenis limbah tanaman bisa menjadi sumber biomassa. Mulai dari sekam dan jerami padi, bagas tebu, ranting dan dahan kayu, bonggol jagung, dan lain sebagainya.

Terkait pupuk, katanya lagi, akan dikerjasamakan dan bersinergi dengan mendampingi masyarakat dalam pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik fly ash bottom ash (FABA).

Menurutnya, masyarakat bisa memproduksi pupuk organik dari bahan baku FABA dengan kotoran ternak, limbah pertanian, perkebunan, dan limbah-limbah lain-lain.
Baca juga: PLN EPI-Semen Kupang sepakat kembangkan biomassa untuk co-firing PLTU
Baca juga: PLN turunkan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2 lewat "co-firing"