Jubir Kemenlu: Indonesia kembali jadi pemimpin global di era Presiden Jokowi
24 Oktober 2023 18:50 WIB
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal berbicara dalam diskusi peluncuran “Capaian Kinerja 2023” pemerintahan Presiden Joko Widodo, di Jakarta, Selasa (24/10/2023). ANTARA/Yashinta Difa/aa.
Jakarta (ANTARA) - Indonesia kembali menjadi pemimpin global di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal.
“Pascareformasi, kita kok kangen jadi pemimpin lagi. Sejak reformasi sampai sekarang, 10 tahun terakhir ini, barulah kita merasakan Indonesia is back to the map—Indonesia kembali jadi pemimpin,” kata Lalu Muhamad Iqbal dalam peluncuran laporan “Capaian Kinerja 2023” di Jakarta, Selasa.
Iqbal menuturkan bahwa sejarah kepemimpinan Indonesia di kancah internasional dimulai pada 1955 ketika memprakarsai Konferensi Asia Afrika (KAA), yang mendorong kemerdekaan banyak negara di kedua kawasan tersebut.
Kemudian, Indonesia turut berperan membantu pencapaian perdamaian di Kamboja dan Filipina pada tahun 80-an dan 90-an.
Kepemimpinan Indonesia secara global ditunjukkan melalui perannya sebagai Presiden G20 pada 2022, kemudian Ketua ASEAN 2023, serta sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020 dan anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 dan 2024-2026.
Menurut Iqbal, Indonesia berhasil menjalankan tugasnya sebagai pemimpin G20 di tengah situasi dunia yang bergejolak karena perang Rusia-Ukraina.
“Pada saat pecah perang Rusia dan Ukraina, semua pemimpin dunia merasa pesimistis dan skeptis bahwa Indonesia bisa memimpin G20. Tetapi ternyata kita sangat berhasil menyelenggarakan KTT G20 di Bali tahun lalu—dari 20 negara (anggota G20), 17 pemimpin hadir langsung di Bali bahkan mengeluarkan pernyataan bersama,” kata dia.
Baca juga: Indonesia Berpeluang Jadi Pemimpin Global Perubahan Iklim
Sementara ketika menjadi ketua ASEAN tahun ini yang diwarnai konflik politik di Myanmar serta dinamika geopolitik, Indonesia mencatat bergabungnya empat negara baru menjadi mitra ASEAN melalui penandatanganan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) perhimpunan tersebut.
Kemudian di Dewan HAM, Indonesia berhasil mengantongi 186 suara untuk menjadi anggota Dewan HAM periode 2024-2026, mengalahkan negara Asia Pasifik lainnya, yaitu Jepang dan China yang sama-sama menjadi kandidat.
“Ini tentu tidak mudah dicapai, hampir 10 tahun kita berinvestasi agar semua percaya kepada Indonesia,” kata Iqbal.
Dalam perpolitikan global, ia menjelaskan, Indonesia selalu berupaya menjadi penengah dan menjembatani kepentingan berbagai pihak.
“Indonesia itu honest broker, karena kalau kita memediasi sesuatu, pasti jadi bridge builder. Kita tidak pernah jadi masalah di dunia, justru jadi solusi,” tutur Iqbal.
Baca juga: Jokowi: Indonesia butuh pemimpin bernyali besar hadapi dinamika global
“Pascareformasi, kita kok kangen jadi pemimpin lagi. Sejak reformasi sampai sekarang, 10 tahun terakhir ini, barulah kita merasakan Indonesia is back to the map—Indonesia kembali jadi pemimpin,” kata Lalu Muhamad Iqbal dalam peluncuran laporan “Capaian Kinerja 2023” di Jakarta, Selasa.
Iqbal menuturkan bahwa sejarah kepemimpinan Indonesia di kancah internasional dimulai pada 1955 ketika memprakarsai Konferensi Asia Afrika (KAA), yang mendorong kemerdekaan banyak negara di kedua kawasan tersebut.
Kemudian, Indonesia turut berperan membantu pencapaian perdamaian di Kamboja dan Filipina pada tahun 80-an dan 90-an.
Kepemimpinan Indonesia secara global ditunjukkan melalui perannya sebagai Presiden G20 pada 2022, kemudian Ketua ASEAN 2023, serta sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020 dan anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 dan 2024-2026.
Menurut Iqbal, Indonesia berhasil menjalankan tugasnya sebagai pemimpin G20 di tengah situasi dunia yang bergejolak karena perang Rusia-Ukraina.
“Pada saat pecah perang Rusia dan Ukraina, semua pemimpin dunia merasa pesimistis dan skeptis bahwa Indonesia bisa memimpin G20. Tetapi ternyata kita sangat berhasil menyelenggarakan KTT G20 di Bali tahun lalu—dari 20 negara (anggota G20), 17 pemimpin hadir langsung di Bali bahkan mengeluarkan pernyataan bersama,” kata dia.
Baca juga: Indonesia Berpeluang Jadi Pemimpin Global Perubahan Iklim
Sementara ketika menjadi ketua ASEAN tahun ini yang diwarnai konflik politik di Myanmar serta dinamika geopolitik, Indonesia mencatat bergabungnya empat negara baru menjadi mitra ASEAN melalui penandatanganan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) perhimpunan tersebut.
Kemudian di Dewan HAM, Indonesia berhasil mengantongi 186 suara untuk menjadi anggota Dewan HAM periode 2024-2026, mengalahkan negara Asia Pasifik lainnya, yaitu Jepang dan China yang sama-sama menjadi kandidat.
“Ini tentu tidak mudah dicapai, hampir 10 tahun kita berinvestasi agar semua percaya kepada Indonesia,” kata Iqbal.
Dalam perpolitikan global, ia menjelaskan, Indonesia selalu berupaya menjadi penengah dan menjembatani kepentingan berbagai pihak.
“Indonesia itu honest broker, karena kalau kita memediasi sesuatu, pasti jadi bridge builder. Kita tidak pernah jadi masalah di dunia, justru jadi solusi,” tutur Iqbal.
Baca juga: Jokowi: Indonesia butuh pemimpin bernyali besar hadapi dinamika global
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023
Tags: