Menkominfo ungkap pekerjaan rumah terkait konektivitas internet
24 Oktober 2023 16:23 WIB
Tangkapan layar, Menkominfo Budi Arie Setiadi dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, bertepatan dengan Peluncuran Capaian Kinerja pemerintah 2023, di Jakarta, Selasa (24/10/2023). ANTARA/Rangga Pandu Asmara Jingga
Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mengungkapkan sejumlah hal yang menjadi pekerjaan rumah berkaitan dengan konektivitas internet.
Hal itu dikemukakan Budi Arie dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, bertepatan dengan Peluncuran Capaian Kinerja Pemerintah 2023, yang diselenggarakan LKBN ANTARA bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kantor Staf Presiden, di Jakarta, Selasa.
"Jadi isu konektivitas itu ada tiga hal, yang satu kapasitas, kedua coverage (cakupan), ketiga kualitas," ucap Budi Arie.
Dia mengatakan, saat ini penetrasi internet di Indonesia ini baru 78 persen, yang berarti masih ada 22 persen warga negara Indonesia yang belum memiliki akses internet.
Baca juga: Dirjen IKP nilai penetrasi internet di Indonesia kian meningkat
Baca juga: Bahlil siap sambut investasi Space X di IKN Nusantara
Di sisi lain kualitas internet nasional, kata Budi Arie juga masih menjadi pekerjaan besar, karena rata-rata kecepatan internet berada di 22 mbps.
"Kita ini cuma nomor 9 dari 10 di Asia. Di dunia kita peringkat ke-98 soal kecepatan internet. Ini kan pekerjaan rumah besar. Kalau kita mau jadi negara maju maka soal speed internet ini juga jadi concern kita," jelasnya.
Budi menekankan konektivitas internet sangat penting bagi transformasi digital yang tengah didorong pemerintah, di samping juga literasi digital di masyarakat.
"Karena transformasi digital ini mencakup semua hal, infrastruktur digitalnya, pemerintahan digitalnya e-government, ekonomi digital dan yang terakhir adalah masyarakat digital. Jadi empat pilar ini kan harus semuanya jalan," tutur dia.
Lebih jauh Budi Arie mengatakan Indonesia negara dengan geografis unik yang dipenuhi gunung serta kontur-kontur. Oleh karena itu infrastruktur digital di Indonesia, kata dia, tidak bisa hanya mengandalkan satu teknologi.
"Infrastruktur digital kita nggak bisa menggunakan satu pilihan teknologi, tapi beragam. Misalnya, fiber optik untuk perkotaan. Untuk daerah-daerah 3T atau terluar ya pasti teknologi satelit. Jadi yang disebut tol langit itu artinya kita menggabungkan berbagai pilihan teknologi itu," ujar dia.
Hal itu dikemukakan Budi Arie dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9, bertepatan dengan Peluncuran Capaian Kinerja Pemerintah 2023, yang diselenggarakan LKBN ANTARA bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kantor Staf Presiden, di Jakarta, Selasa.
"Jadi isu konektivitas itu ada tiga hal, yang satu kapasitas, kedua coverage (cakupan), ketiga kualitas," ucap Budi Arie.
Dia mengatakan, saat ini penetrasi internet di Indonesia ini baru 78 persen, yang berarti masih ada 22 persen warga negara Indonesia yang belum memiliki akses internet.
Baca juga: Dirjen IKP nilai penetrasi internet di Indonesia kian meningkat
Baca juga: Bahlil siap sambut investasi Space X di IKN Nusantara
Di sisi lain kualitas internet nasional, kata Budi Arie juga masih menjadi pekerjaan besar, karena rata-rata kecepatan internet berada di 22 mbps.
"Kita ini cuma nomor 9 dari 10 di Asia. Di dunia kita peringkat ke-98 soal kecepatan internet. Ini kan pekerjaan rumah besar. Kalau kita mau jadi negara maju maka soal speed internet ini juga jadi concern kita," jelasnya.
Budi menekankan konektivitas internet sangat penting bagi transformasi digital yang tengah didorong pemerintah, di samping juga literasi digital di masyarakat.
"Karena transformasi digital ini mencakup semua hal, infrastruktur digitalnya, pemerintahan digitalnya e-government, ekonomi digital dan yang terakhir adalah masyarakat digital. Jadi empat pilar ini kan harus semuanya jalan," tutur dia.
Lebih jauh Budi Arie mengatakan Indonesia negara dengan geografis unik yang dipenuhi gunung serta kontur-kontur. Oleh karena itu infrastruktur digital di Indonesia, kata dia, tidak bisa hanya mengandalkan satu teknologi.
"Infrastruktur digital kita nggak bisa menggunakan satu pilihan teknologi, tapi beragam. Misalnya, fiber optik untuk perkotaan. Untuk daerah-daerah 3T atau terluar ya pasti teknologi satelit. Jadi yang disebut tol langit itu artinya kita menggabungkan berbagai pilihan teknologi itu," ujar dia.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga, Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023
Tags: