PBB/Moskow (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan tidak bisa menerima tawaran Rusia untuk menggantikan pasukan penjaga perdamaian Austria di Dataran Tinggi Golan.

Penolakan PBB itu dikarenakan adanya perjanjian antara Israel dan Suriah yang melarang negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB bergabung dalam misi pengamat PBB.

PBB menghargai tawaran Rusia yang diungkapkan hari Jumat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin itu setelah Austria menyatakan akan menarik 380 pasukannya dari misi pemantau PBB dengan alasan memburuknya kondisi pertempuran di Suriah.

Rusia merupakan sekutu lama dan pemasok persenjataan bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad yang sedang memerangi pemberontak yang berupaya menggulingkannya dalam perang saudara.

Fakta bahwa Rusia mendukung Assad bisa dilihat tidak bisa bersikap netral oleh pemberontak Suriah yang membuat pasukan PBB di Golan menjadi sasaran pemberontak, kata seorang diplomat seperti dikutip Reuters.

Juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan untuk saat ini tidak mungkin PBB menerima tawaran Rusia.

"Kami menghargai pertimbangan yang diberikan Federasi Rusia untuk mengirimkan pasukannya ke Golan," ujarnya

"Perjanjian Pelepasan dan protokoler antara Suriah dan Israel tidak membolehkan negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan untuk mengambil bagian dalam UNDOF," tambah Nesirky merujuk pasukan penjaga perdamaian yang disebut United Nations Disengagement Observer Force (UNDOF).

Departemen penjaga perdamaian PBB saat ini sedang menanyakan negara-negara yang ada di misi perdamaian PBB, yaitu Filipina dan India, apakah akan meningkatkan jumlah sumbangan pasukannya di UNDOF.

(T008/F001)