Jakarta (ANTARA News) - HIV-AIDS di Papua telah menelan banyak korban jiwa, namun banyak penderita tak mendapat perlakuan selayaknya dan film "Cinta dari Wamena" mengajak masyarakat untuk lebih peduli serta terbuka, kata Direktur Kesehatan AusAID Indonesia John Leigh.




"Saya berharap film ini menjadi jalur komunikasi efektif untuk menjangkau generasi muda. Kami ingin menyampaikan pesan kepada generasi muda bahwa ada suatu perilaku yang mempunyai risiko tinggi untuk terjangkit HIV/AIDS," kata John Leigh dalam konferensi pers dan pemutaran perdana film itu di Jakarta, Jumat.




Menurut dia, film ini ada untuk mendorong penderita HIV/AIDS bisa hidup dan berbaur dengan masyarakat.




"Kami berharap film ini bisa menghapus mitos yang terkait dengan HIV/AIDS dan menghapus stigma bahwa mereka tidak bisa melanjutkan hidupnya lagi," kata dia.




Film yang disutradarai Lasja F. Susatyo ini diperankan pendatang baru Maximus Itlay sebagai Litius, Madonna Marrey sebagai Martha, dan Benyamin Lagowan sebagai Tembi. Maximus dan Benyamin adalah mahasiswa Universitas Cenderawasih, Jayapura.




Di dalam film, ketiganya tiga sahabat yang tinggal di Papua yang memiliki impian untuk bisa terus sekolah.




Impian ini membawa mereka ke Wamena, kota terbesar di pegunungan Papua di mana mereka bisa bersekolah gratis. Di sini persahabatan dan impian mereka diuji dengan gaya hidup permisif dan AIDS yang sedang mewabah.




Film ini merupakan hasil kerja Pemerintah Australia dan Ford Foundation dengan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, dengan misi tak ada lagi diskriminasi terhadap penderita HIV AIDS di Papua dan seluruh wilayah Indonesia.


Australia menyediakan 25 juta dolar AS untuk meningkatkan akses layanan HIV di Papua dan Papua Barat, melalui program REACH (Rapidly Expanding Access to Care for HIV) yang merupakan bagian dari kemitraan HIV Australia dan Indonesia beranggaran 100 juta dolar AS.