Sri Mulyani waspadai dampak kebijakan AS ke arus modal asing di RI
23 Oktober 2023 18:55 WIB
Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (ketiga kiri) memberikan keterangan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/10/2023). (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berjanji untuk terus mewaspadai dampak kebijakan ekonomi dan moneter Amerika Serikat yang bisa berdampak pada aliran arus modal asing di Indonesia.
“Dari sektor keuangan kita akan pantau terus stabilitas dari sektor keuangan, perbankan, maupun pasar modal, dan juga lembaga keuangan bukan bank, termasuk pergerakan capital flow (arus modal) yang in di surat berharga maupun di saham dan juga out kalau sedang mengalami penarikan capital terutama merespon kebijakan di AS kita terus mewaspadai,” kata Sri Mulyani setelah pertemuan KSSK dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Sri Mulyani mengatakan saat ini memang kurs dolar AS semakin menguat dipicu kenaikan suku bunga Bank Sentral AS The Fed, penyesuaian suku bunga di Eropa dan pelemahan ekonomi China. Dinamika ekonomi global tersebut, kata Sri Mulyani, memberikan dampak ke perekonomian domestik yang harus diantisipasi pemerintah.
Salah satu bentuk antisipasinya, adalah penguatan koordinasi antara otoritas fiskal yakni Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
“Koordinasi antara kebijakan fiskal yaitu di bawah Kementerian Keuangan, APBN dengan kebijakan monoter di bawah Gubernur Bank Indonesia akan terus disinkronkan, diharmonisasikan, karena tantangan untuk menjaga stabilitas ekonomi,” katanya.
Pemerintah, kata Sri Mulyani, tetap ingin menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran lima persen pada tahun ini meskipun tantangan dinamika ekonomi global semakin tinggi.
“Kita harus saling melakukan penyesuaian, kita menggunakan dari mulai instrumen di market maupun dari sisi komunikasi kebijakan yang akan terus kita lakukan bersama antara BI dan Kementerian Keuangan. Ini akan nanti akan masih di follow up,” ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga melaporkan kepada Presiden Joko Widodo mengenai hasil Pertemuan Tahunan IMF-World Bank dan Menteri Keuangan dan Gubernur BAnk Sentral G20 di Marrakesh, Maroko.
Turut hadir dalam kesempatan itu, anggota KSSK lainnya yakni Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, dan Ketua DK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Pada penutupan perdagangan hari ini, dolar AS masih menunjukkan keperkasaannya. Kurs rupiah melemah sebesar 61 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.994 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.873 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin ini turut melemah ke posisi Rp15.943 dari sebelumnya Rp15.856 per dolar AS.
Baca juga: Menkeu pastikan RI melanjutkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
Baca juga: Menkeu: RI mampu menavigasi ekonomi dalam berbagai goncangan global
“Dari sektor keuangan kita akan pantau terus stabilitas dari sektor keuangan, perbankan, maupun pasar modal, dan juga lembaga keuangan bukan bank, termasuk pergerakan capital flow (arus modal) yang in di surat berharga maupun di saham dan juga out kalau sedang mengalami penarikan capital terutama merespon kebijakan di AS kita terus mewaspadai,” kata Sri Mulyani setelah pertemuan KSSK dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin.
Sri Mulyani mengatakan saat ini memang kurs dolar AS semakin menguat dipicu kenaikan suku bunga Bank Sentral AS The Fed, penyesuaian suku bunga di Eropa dan pelemahan ekonomi China. Dinamika ekonomi global tersebut, kata Sri Mulyani, memberikan dampak ke perekonomian domestik yang harus diantisipasi pemerintah.
Salah satu bentuk antisipasinya, adalah penguatan koordinasi antara otoritas fiskal yakni Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter.
“Koordinasi antara kebijakan fiskal yaitu di bawah Kementerian Keuangan, APBN dengan kebijakan monoter di bawah Gubernur Bank Indonesia akan terus disinkronkan, diharmonisasikan, karena tantangan untuk menjaga stabilitas ekonomi,” katanya.
Pemerintah, kata Sri Mulyani, tetap ingin menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran lima persen pada tahun ini meskipun tantangan dinamika ekonomi global semakin tinggi.
“Kita harus saling melakukan penyesuaian, kita menggunakan dari mulai instrumen di market maupun dari sisi komunikasi kebijakan yang akan terus kita lakukan bersama antara BI dan Kementerian Keuangan. Ini akan nanti akan masih di follow up,” ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani juga melaporkan kepada Presiden Joko Widodo mengenai hasil Pertemuan Tahunan IMF-World Bank dan Menteri Keuangan dan Gubernur BAnk Sentral G20 di Marrakesh, Maroko.
Turut hadir dalam kesempatan itu, anggota KSSK lainnya yakni Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua DK Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, dan Ketua DK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Pada penutupan perdagangan hari ini, dolar AS masih menunjukkan keperkasaannya. Kurs rupiah melemah sebesar 61 poin atau 0,38 persen menjadi Rp15.994 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.873 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin ini turut melemah ke posisi Rp15.943 dari sebelumnya Rp15.856 per dolar AS.
Baca juga: Menkeu pastikan RI melanjutkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
Baca juga: Menkeu: RI mampu menavigasi ekonomi dalam berbagai goncangan global
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023
Tags: