Ketum Persit imbau keluarga besar TNI AD dukung gerakan ASI eksklusif
23 Oktober 2023 16:29 WIB
Anggota Persit Kartika Chandra Kirana menyimak paparan tentang stunting saat peluncuran aplikasi e-Stunting di Aula AH Nasution, Mabes AD, Jakarta, Selasa (5/9/2023). TNI AD meluncurkan aplikasi e-Stuntad dan e-Posyandu untuk memudahkan prajurit TNI AD dan keluarganya serta masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan guna menurunkan angka stunting. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/Spt.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Persatuan Istri Tentara (Persit) Kartika Chandra Kirana Rahma Dudung Abdurachman mengimbau keluarga besar TNI-AD mendukung gerakan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dalam upaya mencapai target penurunan stunting menjadi 14 persen pada 2024.
"Keluarga besar TNI AD harus dapat memberikan daya ungkit yang besar untuk mencapai target 14 persen prevalensi stunting pada Tahun 2024 melalui gerakan ASI eksklusif," katanya saat membuka kegiatan Deklarasi ASI Eksklusif Serentak di Lingkungan TNI AD di Cimahi, Jawa Barat, Senin.
Dia mengatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, sebanyak 58,1 persen dari 33.848 balita dilaporkan telah mendapatkan air susu segera setelah lahir atau inisiasi menyusui dini (IMD), dan 52,2 persen di antaranya mendapat perlindungan ASI eksklusif.
Namun, dari data tersebut masih terdapat 21,6 persen anak di bawah lima tahun yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan atau stunting.
"Risiko stunting dapat meningkat 14,4 kali akibat gagal menyusui dalam tiga bulan pertama kelahiran," katanya.
Baca juga: Ketua Persit dikukuhkan sebagai Duta Bunda Asuh Anak Stunting
Rahma yang juga Duta Bunda Asuh Anak Stunting itu, menyatakan perlunya setiap ibu memiliki lingkungan yang positif agar dapat memberikan inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif, dan melanjutkan menyusui hingga dua tahun.
Menurutnya, banyak ibu yang memilih tidak menyusui karena mereka kurang mendapatkan informasi dan cenderung membuat keputusan emosional berdasarkan masukan dari beberapa orang saja.
"Ibu mungkin bingung tentang gagasan menyusui atau apakah mungkin mereka bisa sukses menyusui. Faktor budaya dan miss-informasi turut memengaruhi ibu tidak menyusui," ujarnya.
Oleh karena itu, katanya, dibutuhkan upaya agar dapat membantu ibu dalam komunikasi dan konseling sehingga dapat mengambil keputusan yang baik untuk menyusui anak sesegera mungkin setelah melahirkan.
Selain itu, kata dia, peningkatan kader di bidang ibu menyusui juga tidak kalah penting, terutama untuk memberi pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif.
"Mengimbau kepada seluruh keluarga besar TNI Angkatan Darat bersama-sama mendukung dan menjadi role model dalam gerakan ASI eksklusif sehingga menjadi gerakan yang menyeluruh dan menyebar di seluruh masyarakat," kata Rahma.
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya peran ibu berikan ASI eksklusif
Baca juga: Kemenkes paparkan porsi makan yang tepat bagi ibu menyusui
"Keluarga besar TNI AD harus dapat memberikan daya ungkit yang besar untuk mencapai target 14 persen prevalensi stunting pada Tahun 2024 melalui gerakan ASI eksklusif," katanya saat membuka kegiatan Deklarasi ASI Eksklusif Serentak di Lingkungan TNI AD di Cimahi, Jawa Barat, Senin.
Dia mengatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, sebanyak 58,1 persen dari 33.848 balita dilaporkan telah mendapatkan air susu segera setelah lahir atau inisiasi menyusui dini (IMD), dan 52,2 persen di antaranya mendapat perlindungan ASI eksklusif.
Namun, dari data tersebut masih terdapat 21,6 persen anak di bawah lima tahun yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan atau stunting.
"Risiko stunting dapat meningkat 14,4 kali akibat gagal menyusui dalam tiga bulan pertama kelahiran," katanya.
Baca juga: Ketua Persit dikukuhkan sebagai Duta Bunda Asuh Anak Stunting
Rahma yang juga Duta Bunda Asuh Anak Stunting itu, menyatakan perlunya setiap ibu memiliki lingkungan yang positif agar dapat memberikan inisiasi menyusui dini, menyusui eksklusif, dan melanjutkan menyusui hingga dua tahun.
Menurutnya, banyak ibu yang memilih tidak menyusui karena mereka kurang mendapatkan informasi dan cenderung membuat keputusan emosional berdasarkan masukan dari beberapa orang saja.
"Ibu mungkin bingung tentang gagasan menyusui atau apakah mungkin mereka bisa sukses menyusui. Faktor budaya dan miss-informasi turut memengaruhi ibu tidak menyusui," ujarnya.
Oleh karena itu, katanya, dibutuhkan upaya agar dapat membantu ibu dalam komunikasi dan konseling sehingga dapat mengambil keputusan yang baik untuk menyusui anak sesegera mungkin setelah melahirkan.
Selain itu, kata dia, peningkatan kader di bidang ibu menyusui juga tidak kalah penting, terutama untuk memberi pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif.
"Mengimbau kepada seluruh keluarga besar TNI Angkatan Darat bersama-sama mendukung dan menjadi role model dalam gerakan ASI eksklusif sehingga menjadi gerakan yang menyeluruh dan menyebar di seluruh masyarakat," kata Rahma.
Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya peran ibu berikan ASI eksklusif
Baca juga: Kemenkes paparkan porsi makan yang tepat bagi ibu menyusui
Pewarta: Moch Mardiansyah Al Afghani
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023
Tags: