"Data pengangguran AS yang dinilai tidak sesuai ekspektasi telah memicu aksi jual dolar AS, sehingga mata uang AS tertekan terhadap beberapa mata uang dunia termasuk rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, memperkirakan kurs rupiah akan bertahan di area positif seiring dengan penguatan beberapa mata uang Asia.
Meski demikian, ia mengatakan pergerakan, rupiah masih dibayangi rencana pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, defisit neraca perdagangan, dan imbas pelemahan IHSG BEI karena aksi jual saham pelaku pasar asing.
"Sentimen domestik masih menjadi sentimen negatif terhadap rupiah. Meski demikian, Bank Indonesia tetap menjaga nilai tukar rupiah berada di bawah Rp9.900 per dolar AS," katanya.