Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemuda dan Olahraga, Maruarar Sirait menyatakan optimistis partainya akan menguasai Pemilihan Umum 2014 dan tidak lagi menjadi partai oposisi di pemerintahan seperti saat ini.

"Nanti ada ada momentum PDI Perjuangan akan berhenti menjadi partai oposisi makanya kita buktikan menjadi pemenang di Pilpres 2014," kata Maruarar Sirait atau biasa disapa Ara usai menonton bareng film "Sang Kiai" di Jakarta, Kamis.

Menurut dia berdasarkan hasil beberapa lembaga survei elektabilitas dan kepercayaan masyarakat stabil kepada PDI Perjuangan dan akan bersaing dengan Partai Golkar dalam Pemilihan Legislatif.

Dia mengatakan untuk pemilihan presiden, partainya bersyukur nama Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri menunjukkan angka yang memuaskan. Hal itu menurut dia menunjukkan kepercayaan publik yang tinggi terhadap tokoh PDI Perjuangan dan partai itu dalam menolak beberapa kebijakan seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan menolak pembangunan gedung DPR RI.

"Itu akan dipercayai publik karena melihat pemimpin yang ideologis, dan (berdampak pada) pilihan-pilihan politik. PDI Perjuangan mendapatkan buahnya dari apa yang sudah ditanam," ujarnya.

Ara mengatakan setelah pemilu 2009 partainya mendapatkan tawaran untuk masuk koalisi namun Megawati memiliki pendirian untuk tetap di luar pemerintahan. Menurut dia, pilihan partainya itu adalah terus bersama rakyat dalam berbagai kondisi.

Sebelumnya survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) menyebutkan elektabilitas Partai Golkar sebesar 13,2 persen dan PDI Perjuangan 12,7 persen. Di bawah dua parpol itu, berurutan Partai Gerindra 7,3 persen, Partai Demokrat 7,1 persen, Partai Amanat Nasional 4 persen, Partai Kebangkitan Bangsa 3,5 persen.

Selanjutnya, Partai Keadilan Sejahtera sebesar 2,7 persen, Partai Persatuan Pembangunan 2,2 persen, Partai Hanura 2,2 persen, Partai Nasdem 1,3 persen, Partai Bulan Bintang 0,4 persen, dan di urutan terakhir Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 0,2 persen.

Survei tersebut dilakukan secara tatap muka dengan jumlah responden 1.635 orang yang berada di 31 provinsi pada 9-16 April 2013.

Warga Papua dan Papua Barat tidak dilakukan survei lantaran situasi yang tidak kondusif.

Di dalam survei tersebut tingkat kesalahan atau "margin of error" sebesar 2,42 persen. Seperti survei selama ini, sebanyak 40,5 persen responden belum menentukan pilihan dan 2,7 persen golput.

Semakin tingginya angka Golput ini disebabkan adanya hubungan yang lemah antara konstituen dengan partai politik atau politisi. Hal itu menimbulkan kualitas hubungan yang buruk di antara pemilih dan partai, sehingga menimbulkan perilaku beli putus serta tidak adanya hubungan emosional antara rakyat dengan politisi menjadi penyebabnya.

Survei CSIS kali ini menguatkan pandangan tentang tidak terlembaganya parpol yang mengakibatkan proses rekrutmen dan kaderissi yang merupakan pintu gerbang hubungan partai konstituen juga lemah.

(I028/Z003)