Tokyo (ANTARA) - Hasil tes prapembuangan yang dirilis oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO) menunjukkan batch ketiga air yang terkontaminasi nuklir dari Fukushima yang akan dibuang dalam putaran ketiga proses pembuangan air limbah nuklir ke laut oleh Jepang mengandung karbon-14, kobalt 60, strontium-90, dan beberapa jenis radionuklida lainnya.

TEPCO mengatakan bahwa persiapan untuk putaran ketiga dalam proses pembuangan air limbah ke laut itu akan dimulai setelah putaran kedua rampung, dan bahwa operasi pemeliharaan dan konfirmasi yang relevan telah dilakukan.

Hal itu terlepas dari kekhawatiran dan penolakan yang meningkat di kalangan nelayan lokal dan dari negara-negara lain.

Setelah melewati Sistem Pengolahan Cairan Canggih (Advanced Liquid Processing System/ALPS), air limbah yang terkontaminasi nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang rusak harus masuk ke fasilitas pengukuran dan konfirmasi serta menunggu hasil pengujian prapembuangan sebelum dibuang ke laut.

Fasilitas pengukuran dan konfirmasi terbagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari 10 tangki dengan masing-masing kelompok digunakan dalam basis rotasi sebagai tangki penerima, tangki pengukuran dan konfirmasi, serta tangki pembuangan.

Saat ini, 10 tangki di Grup B telah dikosongkan pada pembuangan air limbah putaran pertama yang dimulai pada 24 Agustus. Sementara itu, 10 tangki di Grup C dipastikan telah memenuhi standar pembuangan pada 21 September, dan pembuangannya dimulai pada 5 Oktober.

Pengambilan sampel air limbah nuklir yang disimpan di tangki Grup A untuk pembuangan putaran ketiga telah rampung pada 10 Juli.

Menurut laporan TEPCO pada Kamis (19/10), hasil analisis menunjukkan bahwa air limbah tersebut mengandung sejumlah kecil karbon-14, kobalt 60, strontium-90, yodium-129, dan cesium-137, dengan strontium-90 tidak terdeteksi pada pembuangan putaran kedua pada 5 Oktober lalu.

TEPCO mengklaim bahwa fasilitas ALPS miliknya, sebuah sistem penghilangan multinuklida, dapat menghilangkan 62 zat radioaktif kecuali tritium.

Namun, ditemukan bahwa sekitar 70 persen air di tangki-tangki penyimpanan limbah tersebut mengandung radionuklida non-tritium dengan konsentrasi melebihi standar peraturan yang berlaku untuk dibuang ke lingkungan alam.