Pemerintah Sulbar tambah materi kependudukan di sekolahÂ
21 Oktober 2023 23:20 WIB
Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) melaksanakan sosialisasi kesehatan produksi dan pencegahan kekerasan seksual di Mamuju, Sabtu (21/10/2023). ANTARA/M Faisal Hanapi
Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menambah materi kependudukan dan kesehatan reproduksi di sekolah untuk mencegah kekerasan seksual dan pernikahan dini.
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Sulbar Muhammad Ihwan di Mamuju, Sabtu mengatakan, Pemprov Sulbar menghadapi masalah kependudukan akibat tingginya angka pernikahan dini yang mencapai 11,7 persen dan kekerasan seksual yang terjadi di sekolah.
"Pemerintah Sulbar melaksanakan program implementasi pendidikan kependudukan jalur formal dan informal pada sekolah SMA dan Madrasah Aliyah (MA) melalui program sekolah siaga kependudukan (SSK) dan pojok kependudukan (PJK)," katanya.
Ia menyampaikan, SSK merupakan sistem sekolah yang mengintegrasikan materi pendidikan kependudukan dan keluarga berencana, ke dalam beberapa mata pelajaran yang relevan tanpa menambah jam pelajaran dan bukan mata pelajaran baru.
"Pada program itu dilakukan penambahan materi pelajaran seperti pada pada mata pelajaran Biologi ditambahkan materi kesehatan reproduksi, dan materi pencegahan perkawinan anak ditambahkan pada mata pelajaran pendidikan agama, serta materi bonus demografi pada mata pelajaran geografi," katanya.
Baca juga: BKKBN perkuat pemahaman SDM unggul lewat kurikulum kependudukan
Baca juga: KemenPPPA minta kesehatan reproduksi masuk kurikulum
Ia berharap pada mata pelajaran tambahan tersebut dapat memberikan edukasi bagi siswa untuk dapat menghindari pelecehan seksual dan kekerasan seksual.
"Pada materi pelajaran itu anak sekolah diajarkan untuk menghindari menyentuh bagian tubuh yang dapat memicu terjadinya kekerasan seksual," katanya.
Selain itu, siswa juga diajarkan tentang pentingnya menempuh pendidikan untuk masa depan agar terhindar dari pernikahan dini.
Ia berharap dengan program tersebut angka pernikahan dini dan kekerasan seksual yang menjadi masalah pembangunan dapat ditekan.
Baca juga: Kesehatan reproduksi remaja diharapkan masuk kurikulum nasional
Baca juga: Mencegah pernikahan usia dini untuk menciptakan generasi unggul
Baca juga: BKKBN: Perkawinan dini ancam anak kehilangan hak untuk tumbuh
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi Sulbar Muhammad Ihwan di Mamuju, Sabtu mengatakan, Pemprov Sulbar menghadapi masalah kependudukan akibat tingginya angka pernikahan dini yang mencapai 11,7 persen dan kekerasan seksual yang terjadi di sekolah.
"Pemerintah Sulbar melaksanakan program implementasi pendidikan kependudukan jalur formal dan informal pada sekolah SMA dan Madrasah Aliyah (MA) melalui program sekolah siaga kependudukan (SSK) dan pojok kependudukan (PJK)," katanya.
Ia menyampaikan, SSK merupakan sistem sekolah yang mengintegrasikan materi pendidikan kependudukan dan keluarga berencana, ke dalam beberapa mata pelajaran yang relevan tanpa menambah jam pelajaran dan bukan mata pelajaran baru.
"Pada program itu dilakukan penambahan materi pelajaran seperti pada pada mata pelajaran Biologi ditambahkan materi kesehatan reproduksi, dan materi pencegahan perkawinan anak ditambahkan pada mata pelajaran pendidikan agama, serta materi bonus demografi pada mata pelajaran geografi," katanya.
Baca juga: BKKBN perkuat pemahaman SDM unggul lewat kurikulum kependudukan
Baca juga: KemenPPPA minta kesehatan reproduksi masuk kurikulum
Ia berharap pada mata pelajaran tambahan tersebut dapat memberikan edukasi bagi siswa untuk dapat menghindari pelecehan seksual dan kekerasan seksual.
"Pada materi pelajaran itu anak sekolah diajarkan untuk menghindari menyentuh bagian tubuh yang dapat memicu terjadinya kekerasan seksual," katanya.
Selain itu, siswa juga diajarkan tentang pentingnya menempuh pendidikan untuk masa depan agar terhindar dari pernikahan dini.
Ia berharap dengan program tersebut angka pernikahan dini dan kekerasan seksual yang menjadi masalah pembangunan dapat ditekan.
Baca juga: Kesehatan reproduksi remaja diharapkan masuk kurikulum nasional
Baca juga: Mencegah pernikahan usia dini untuk menciptakan generasi unggul
Baca juga: BKKBN: Perkawinan dini ancam anak kehilangan hak untuk tumbuh
Pewarta: M.Faisal Hanapi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: