Nurdin Purnomo: Kesempatan terbuka luas dengan kenal budaya China
21 Oktober 2023 22:06 WIB
Pembina kebudayaan dan olahraga dan tokoh Tionghoa Nurdin Purnomo (kiri) mendampingi Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Sylviana Murni yang memberikan sambutannya dalam pembukaan pameran seni kaligrafi China "The Fourth OCCA Calligraphy and Painting Exhibition" di Perpustakaan Nasional RI. ANTARA/HO.
Jakarta (ANTARA) - Memahami kebudayaan China membuka banyak kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk belajar dan mengambil hal-hal baik dari negara Asia Timur tersebut, demikian menurut pembina kebudayaan dan olahraga dan tokoh Tionghoa Nurdin Purnomo.
“Karena kalau kita tidak bisa bahasanya, lalu tidak tahu kebudayaan China, bagaimana kita bisa bekerja sama kalau bahasa yang dituturkan saja berbeda,” kata Nurdin saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Pernyataan Nurdin disampaikan terkait dengan pameran seni kaligrafi China "The Fourth OCCA Calligraphy and Painting Exhibition" yang digelar di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, dan dibuka Jumat (20/10).
Ia mengatakan, wawasan dan pengetahuan tentang China yang didapat masyarakat Indonesia adalah jembatan untuk belajar lebih dalam tentang China supaya bisa mengambil hal-hal yang baik dari negara tersebut untuk diterapkan di Indonesia.
Pemahaman terhadap budaya China, terkhusus Bahasa Mandarin, juga memberi nilai tambah bagi tenaga kerja Indonesia yang bisa dibayar lebih tinggi karena memahami bahasa tersebut, kata dia.
Ia berkata, China berhasil bangkit dari keterpurukan ekonomi di masa lalu hingga mencapai status ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini dan sudah membantu pembangunan di banyak negara, khususnya di benua Afrika, sehingga layak dijadikan contoh.
Selain itu, Nurdin, yang aktif sebagai Ketua Pengurus Besar Persatuan Liong & Barongsai Seluruh Indonesia (PB-PLBSI) itu, mengaku bangga karena Indonesia dapat menjadi tuan rumah bagi 60 seniman kaligrafi China yang berasal dari lebih dari 40 negara sedunia.
Pameran yang digelar untuk memperingati 10 tahun terjalinnya kemitraan strategis komprehensif antara Indonesia dan China tersebut juga bertujuan untuk membuat seniman, khususnya seniman kaligrafi, semakin berdaya, ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa penyelenggaraan pameran seni tersebut adalah salah satu kontribusi pihaknya untuk memajukan pariwisata Indonesia, karena pariwisata dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan dan perkembangannya harus berjalan beriringan.
Terlebih, kebudayaan adalah salah satu aspek yang dapat memajukan hubungan dua negara.
“Sosial dan kebudayaan itu penting, karena tanpa kebudayaan, pariwisata akan gersang dan hubungan antar negara jadi kering dan tersendat-sendat,” kata Nurdin yang merupakan salah satu pendiri Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) itu.
Pameran kaligrafi China tersebut digelar oleh Overseas Chinese Calligraphers Association (OCCA) dan Confucius Institute Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, pada 20—22 Oktober 2023.
Pameran tersebut menampilkan hampir 400 kaligrafi dan lukisan China buatan seniman Tionghoa dari berbagai negara di seluruh dunia, seperti Indonesia, China, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Manfaat Prakarsa Sabuk dan Jalan bagi masa depan Indonesia
Baca juga: Sylviana: Pameran kaligrafi jadi wahana apresiasi budaya China
Baca juga: Kuasa Usaha China kagumi keberagaman budaya Indonesia
“Karena kalau kita tidak bisa bahasanya, lalu tidak tahu kebudayaan China, bagaimana kita bisa bekerja sama kalau bahasa yang dituturkan saja berbeda,” kata Nurdin saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Pernyataan Nurdin disampaikan terkait dengan pameran seni kaligrafi China "The Fourth OCCA Calligraphy and Painting Exhibition" yang digelar di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, dan dibuka Jumat (20/10).
Ia mengatakan, wawasan dan pengetahuan tentang China yang didapat masyarakat Indonesia adalah jembatan untuk belajar lebih dalam tentang China supaya bisa mengambil hal-hal yang baik dari negara tersebut untuk diterapkan di Indonesia.
Pemahaman terhadap budaya China, terkhusus Bahasa Mandarin, juga memberi nilai tambah bagi tenaga kerja Indonesia yang bisa dibayar lebih tinggi karena memahami bahasa tersebut, kata dia.
Ia berkata, China berhasil bangkit dari keterpurukan ekonomi di masa lalu hingga mencapai status ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini dan sudah membantu pembangunan di banyak negara, khususnya di benua Afrika, sehingga layak dijadikan contoh.
Selain itu, Nurdin, yang aktif sebagai Ketua Pengurus Besar Persatuan Liong & Barongsai Seluruh Indonesia (PB-PLBSI) itu, mengaku bangga karena Indonesia dapat menjadi tuan rumah bagi 60 seniman kaligrafi China yang berasal dari lebih dari 40 negara sedunia.
Pameran yang digelar untuk memperingati 10 tahun terjalinnya kemitraan strategis komprehensif antara Indonesia dan China tersebut juga bertujuan untuk membuat seniman, khususnya seniman kaligrafi, semakin berdaya, ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa penyelenggaraan pameran seni tersebut adalah salah satu kontribusi pihaknya untuk memajukan pariwisata Indonesia, karena pariwisata dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan dan perkembangannya harus berjalan beriringan.
Terlebih, kebudayaan adalah salah satu aspek yang dapat memajukan hubungan dua negara.
“Sosial dan kebudayaan itu penting, karena tanpa kebudayaan, pariwisata akan gersang dan hubungan antar negara jadi kering dan tersendat-sendat,” kata Nurdin yang merupakan salah satu pendiri Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) itu.
Pameran kaligrafi China tersebut digelar oleh Overseas Chinese Calligraphers Association (OCCA) dan Confucius Institute Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, pada 20—22 Oktober 2023.
Pameran tersebut menampilkan hampir 400 kaligrafi dan lukisan China buatan seniman Tionghoa dari berbagai negara di seluruh dunia, seperti Indonesia, China, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Manfaat Prakarsa Sabuk dan Jalan bagi masa depan Indonesia
Baca juga: Sylviana: Pameran kaligrafi jadi wahana apresiasi budaya China
Baca juga: Kuasa Usaha China kagumi keberagaman budaya Indonesia
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023
Tags: