Jakarta (ANTARA News) - Pengamat hubungan internasional IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Fuad Mardhatillah, berpendapat bahwa konflik di Suriah sudah memerlukan kehadiran pasukan penjaga perdamaian dari PBB, terutama dengan adanya indikasi penggunaan senjata kimia.

"PBB seharusnya mengutus pasukan penjaga perdamaian ke Suriah, karena indikasi dan bukti penggunaan senjata kimia itu cukup kuat menjadi alasan intervensi secara langsung," kata Fuad saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Menurut Fuad, penempatan pasukan perdamaian PBB di Suriah, setidaknya dapat memberikan pengamanan kepada masyarakat sipil yang tidak terlibat dalam perang saudara tersebut.

Akan tetapi, Fuad menegaskan perlunya identifikasi penggunaan senjata kimia secara menyeluruh terutama untuk memastikan siapa pemilik, pengguna dan pemasoknya.

Menurut laporan tim yang diketuai pakar asal Brazil Paulo Pinheiro pada akhir bulan lalu, menyebutkan telah terdokumentasi kejahatan perang besar dari kedua belah pihak yang bertikai dan menjadi indikasi kelompok oposisi pemberontak Suriuah tidak menginginkan demokrasi.

"Banyak orang mengatakan gerilyawan adalah malaikat yang tidak berdosa, namun hanya sebagian kecil pejuang yang memiliki kedekatan dengan demokrasi dan percaya bahwa negara Suriah adalah untuk semua golongan," kata Pinheiro.

Fuad mengatakan bahwa temuan-temuan tersebut berpotensi meningkatkan upaya dunia internasional lebih masuk ke dalam wilayah konflik.

"Ini bisa jadi justru meningkatkan upaya-upaya internasional agar masuk lebih dalam, kaena indikator penggunaan senjata kimia ini harus lebih diteliti lebih lanjut dari mana asal usulnya," ujar Fuad.

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih pada Selasa (4/6) waktu setempat menyatakan pihaknya masih membutuhkan bukti tambahan terkait penggunaan senajata kimia di Suriah sebelum membuat keputusan lebih lanjut.

Sejak Maret 2011, pertempuran antara prajurit Pemerintah Suriah dan pasukan oposisi, yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, telah menewaskan lebih dari 70.000 orang, dan membuat 6,8 juta orang memerlukan bantuan. Selain itu, PBB memperkirakan sebanyak 1,5 juta orang Suriah telah meninggalkan negara mereka guna menyelamatkan diri dari konflik.