Islamabad (ANTARA News) - Nawaz Sharif pada Rabu akan mulai menjabat sebagai perdana menteri Pakistan untuk masa jabatan ketiga, yang merupakan pertama kalinya terjadi di negara tersebut.

Tiga belas tahun setelah ia digulingkan melalui kudeta dan dibuang ke pengasingan, Sharif (63 tahun) secara resmi akan dipilih di Majelis Nasional sebelum kemudian diambil sumpahnya oleh Presiden Asif Ali Zardari pada hari yang sama.

Namun, kegembiraan bagi tonggak sejarah demokratik ataupun kembalinya Sharif secara luar biasa itu hanya akan berlangsung singkat karena ia menghadapi tantangan yang menggunung, dimulai dari krisis energi yang melumpuhkan perekonomian negara serta menyebabkan masyarakat Pakistan hidup dalam penderitaan.

Sharif dijadwalkan akan menyampaikan pidato singkat di Majelis Nasional, di mana Pakistan Muslim League-N (PML-N) tempatnya berasal menduduki mayoritas 342 kursi.

"Ia akan berbicara tentang hal-hal yang menjadi prioritasnya serta strategi pemerintahannya dalam menghadapi masalah ekonomi yang lumpuh, putusnya aliran listrik serta kondisi hukum dan ketertiban," kata juru bicara PML-N Siddiq-ul-Farooq kepada AFP.

"Ia juga akan secara tertutup menyampaikan rencana soal langkah-langkah yang akan dijalankan oleh pemerintahannya dalam menegakkan hukum dan demokrasi di (Pakistan, red) dengan memajukan politik yang mewadahi, membawa ketenangan, kesabaran dan toleransi."

Sharif diperkirakan akan menyampaikan pidato yang lebih panjang kepada rakyat tidak lama setelah ia mengucapkan sumpah jabatan.

Manajemen buruk yang berlangsung selama bertahun-tahun, investasi yang rendah serta korupsi di sektor energi telah mengarah pada terjadinya pemadaman listrik hingga lebih dari 20 jam sehari di tengah hari terik pada musim panas --ketika suhu udara mencapai 50 derajat Celcius.

Sharif telah menjanjikan akan membangun pembangkit-pembangkit listrik baru untuk menangani masalah tersebut, yang telah secara parah menurunkan perekonomian --menyebabkan GDP turun hingga empat prosen, demikian menurut Komisi Perencanaan.

PML-N mendapatkan kemenangan mudah dalam pemilihan umum 11 Mei lalu saat Partai Rakyat Pakistan (PPP) mengalami kekalahan. Para pemilih melihat masalah pemadaman listrik makin parah sementara aksi-aksi gerilya hampir tidak pernah berhenti.

Namun, fakta bahwa PPP telah menyelesaikan masa lima tahun mereka dilihat sebagai hal penting di negara tersebut, yang telah mengalami tiga kudeta dan berada di bawah kepemimpinan militer selama lebih dari 65 tahun.

(T008)