Mumbai (ANTARA News) - Jumlah korban tewas dalam tujuh ledakan terkoordinasi di kereta-api yang membawa pekerja di Mumbai, ibukota finansial India, naik menjadi 200 orang dan lebih dari 700 lainnya cedera, kata Wakil Menteri Besar Maharashtra R.R. Patil kepada majelis negara bagian tersebut, Rabu. "Menurut keterangan yang kami terima, jumlah kematian saat ini 200 dan 714 orang cedera," katanya kepada majelis di Mumbai. Korban-korban yang cedera dirawat di 31 rumah sakit berbeda di kota itu dan daerah-daerah pinggiran, menurut daftar korban yang tercetak di situs berita kepolisian Mumbai. Pelayanan kereta-api bagi jutaan pekerja di kota yang berpenduduk hampir 18 juta orang itu berjalan kembali Rabu setelah ledakan-ledakan Selasa pada jam sibuk malam hari, yang merupakan serangan terburuk di India dalam waktu lebih dari satu dasawarasa. Kota itu dilanda sejumlah pemboman di masa silam. Pada 1993, serangkaian ledakan di Mumbai menewaskan lebih dari 250 orang dan mencederai lebih dari 1.000 lain. Polisi menyalahkan tokoh-tokoh muslim bawah tanah atau pejuang Kashmir atas sebagian besar serangan terdahulu. Sementara itu, Rabu, polisi India menyatakan, bom-bom yang meledakkan kereta-api di Mumbai itu bercirikan muslim militan. Penyelidik memeriksa puing-puing dalam serangan itu untuk mencari petunjuk. "Modus operandi tampaknya sama dengan Lashkar-e-Taiba," kata kepala kepolisian Maharashtra P.S. Pasricha kepada wartawan. Kelompok itu dilarang di India dan Pakistan dan disebut sebagai sebuah organisasi teroris oleh AS. "Saya belum bisa mengatakan bahwa itu adalah mereka karena laporan-laporan (forensik) belum masuk," katanya. Polisi menyatakan belum ada orang yang ditangkap dalam pemboman itu. Surat kabar setempat mengatakan, polisi menyelidiki keterkaitan antara Gerakan Mahasiswa Islam India dan Lashkar-e-Taiba atau Tentara Kaum Beriman. Kedua kelompok militan itu telah membantah terlibat dalam pemboman tersebut, demikian AFP.(*)