Jakarta (ANTARA) - Guru besar Ilmu kewirausahaan di bidang Boga Universitas negeri Surabaya (UNESA) Prof. Dr. Any Sutiadiningsih, M.Si., mengatakan prospek profesi koki di Indonesia cukup menjanjikan mengingat kultur kuliner terus berevolusi sesuai perkembangan zaman.

"Prospeknya secara karir profesi koki ini cukup menjanjikan hal ini tidak lepas dari adanya perkembangan kultur dan peluang yang ada di dunia saat ini," kata Prof Any saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan bahwa koki memiliki level atau jenjang yang dimulai dari cook helper, Commis Chef, Chef de pertie, expenditer, Sous Chef hingga yang tertinggi Executive Chef. Semakin tinggi jenjangnya, maka semakin besar pula tanggung jawab dan peluang karir yang terbuka.

Selain prospek karir yang menjanjikan, menurut dia, peminatan profesi koki di masyarakat semakin meningkat karena adanya fenomena usaha kuliner yang tetap bertahan di masa pandemi.

"Kepercayaan masyarakat berkarir di bidang tata boga ini sudah cukup meningkat bukan tanpa alasan jika dilihat ketika pandemi kemarin yang eksis, bisa hidup justru usaha usaha di bidang kuliner ini,” ujar Prof Any.

Baca juga: Koki Indonesia terbang ke Rusia ajarkan menu Nusantara di 15 restoran

Disamping itu, ia menambahkan bahwa peningkatan minat masyarakat terhadap profesi koki juga tercermin dari semakin banyaknya individu yang memutuskan untuk belajar profesi koki ini di perguruan tinggi.

"Kalau melihat di UNESA sendiri peminat yang mendaftar di prodi tata boga setiap tahunnya bertambah," ujarnya.

Ia pun menekankan pentingnya pendidikan berkualitas di bidang tata boga, karena dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dan kompetensi, sesuai dengan perkembangan industri kuliner yang pesat.

Saat ini, pendidikan tata boga tidak hanya melibatkan pembelajaran praktis di dapur, tetapi juga pemahaman mendalam tentang konsep-konsep kuliner, keamanan pangan, manajemen restoran dan aspek lain dari industri ini, untuk menghasilkan lulusan sesuai dengan tuntutan industri kuliner.

Oleh karena itu, Prof Any menambahkan agar perguruan tinggi yang menawarkan program studi tata boga lebih melibatkan pihak industri, akademisi, dan praktisi entreprenur di bidang kuliner dalam pengembangan kurikulum.

Ia mengharapkan kolaborasi semacam ini dapat memastikan bahwa lulusan program tata boga mampu bekerja sesuai dengan keahlian dan memiliki masa depan yang lebih baik ketika menjalani karir di industri kuliner.

"Mereka diajak untuk duduk bersama agar kita ini juga dapat masukan dan mengetahui tantangan yang ada di industri tata boga ini," ujar Prof Any.

Baca juga: Rasa ingin tahu jadi modal utama Chef Beno berkiprah di dunia pastry

Baca juga: Cerita Chef Theo jadi food producer di acara kompetisi memasak

Baca juga: Kompetisi chef tingkatkan kualitas kuliner Indonesia