Kudus (ANTARA) - Pengusaha mebel di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mulai melirik pasar lokal, menyusul lesunya pasar internasional akibat perang di Ukraina yang membuat daya beli masyarakat luar negeri juga menurun.

"Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, juga tidak berdampak signifikan terhadap transaksi ekspor mebel karena menurunnya daya beli masyarakat di luar negeri," kata Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Kabupaten Jepara Sahli Rais di Jepara, Jumat.

Salah satu negara tujuan ekspor yang mengalami penurunan permintaan mebel Jepara, kata dia, adalah pasar Amerika Serikat, menyusul tingginya inflasi dan dampak perang Ukrania dan Rusia.

Baca juga: Himki: TEI 2023 peluang industri mebel dan kerajinan perluas pasar

Permasalahan serupa, kata dia, juga dialami pengusaha mebel lain yang berorientasi ekspor dengan tujuan Eropa.

Menurut dia penurunan nilai tukar rupiah memang bisa meningkatkan transaksi pembelian mebel karena bagi pembeli dari luar negeri, harga produk mebel Indonesia semakin murah. Akan tetapi, realitas di lapangan tidak demikian karena pasar ekspor mebel memang cenderung lesu.

"Bagi pengusaha mebel ketika menerima pesanan produk mebel untuk tujuan ekspor, penetapan kurs rupiah terhadap dolar yang ditawarkan kepada pembeli juga sudah mempertimbangkan naik turunnya nilai tukar rupiah, sehingga ketika ada pelemahan nilai tukar rupiah tidak mengalami kerugian," ujarnya.

Apalagi, kata dia, kerja sama dengan para pembeli dari luar negeri juga cukup bagus, sehingga saling memahami.

Baca juga: Solo Great Sale dibuka dengan gelaran pameran mebel kualitas ekspor

Untuk saat ini, imbuh dia, para pengusaha mebel Jepara tidak hanya melirik pasar lokal, melainkan ada pula yang mulai melirik pasar Asia serta Timur Tengah yang mulai melonggarkan aturan transaksi jual beli produk asing.

Kelesuan pasar ekspor bisa dilihat dari transaksi masing-masing pengusaha mebel yang setiap bulan bisa mengirim dua hingga tiga kontainer, kini hanya satu kontainer. Sedangkan yang setiap bulan biasa mengirim hingga 30-an kontainer, kini turun hingga 70-an persen.