Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia (DAI) Dr Irdika Mansur menyatakan bahwa Aceh menjadi salah satu penghasil minyak nilam dengan kualitas terbaik di dunia, pengembangan nilam sangat tepat di daerah paling barat Indonesia itu.

"Aceh merupakan sumber penghasil minyak nilam dengan kualitas terbaik di dunia. Aceh salah satu daerah yang sangat cocok pengembangan budidaya nilam, minyak nilam diekspor ke luar negeri," kata Dr Irdika, di Banda Aceh, Kamis.

Pernyataan itu disampaikan dalam International Conference On Patchouli And Essential Oil Research Innovation 2023 (IconPEORI 2023) di Gedung ICT USK Banda Aceh.

Irdika mengatakan, Indonesia telah dikenal sebagai negara penghasil rempah-rempah yang jumlahnya sangat besar secara varian dan kualitas serta banyak yang menghasilkan minyak atsiri.

“Indonesia di antara negara-negara besar penghasil minyak atsiri di dunia dan merupakan produsen utama terpenting minyak pala, dan cengkeh minyak, nilam, dan minyak serai wangi terbesar di dunia," ujarnya.

Menurut dia, situasi itu baik untuk perekonomian lokal dan bersifat jangka pendek. Tetapi, keberlanjutan produksinya tidak terjamin karena petani sering beralih ke komoditas pertanian lain yang harganya tidak menarik.

"Untuk mengontrol kuantitas dan kualitas minyak atsiri yang diproduksi oleh petani kecil dan penyuling menjadi tantangan tersendiri. Ini perlu dikelola dengan baik sejak sekarang," katanya.

Irdika menuturkan, untuk dapat meningkatkan produksi minyak atsiri, diperlukan suatu terobosan. Dua kemungkinan yang dapat dilakukan yakni penanaman esensial tanaman penghasil minyak di wilayah konsesi kehutanan dan di lokasi pasca tambang.

"Sebagai contoh pada 2022, Pemerintah Indonesia melalui KLHK telah merilis peraturan multiusaha di Bidang Kehutanan, di mana kehutanan pemegang konsesi dan memiliki konsesinya bisnis kawasan yang dikombinasikan dengan produksi kayu." ujarnya.

Dirinya menambahkan, kawasan pasca tambang juga merupakan wilayah yang potensial untuk ditanami tanaman minyak atsiri.

Dalam lima tahun terakhir beberapa perusahaan pertambangan telah menyiapkan uji coba yang berkembang tanaman minyak atsiri sebagai tanaman penutup tanah dan pohon pionir.

“Kedua upaya ini menjadi terobosan yang baik, namun juga memiliki tantangan. Perlu dilakukan penelitian terkait disertai inovasi untuk menghasilkan minyak atsiri dari perkebunan dalam skala besar,” ucap Dr Irdika.

Baca juga: Kemenperin berkomitmen kembangkan industri minyak atsiri hulu ke hilir

Baca juga: Produk turunan minyak nilam Aceh terpilih ikut pameran di Jerman