Memiliki partner seksual banyak berisiko tinggi terinfeksi monkeypox
18 Oktober 2023 22:44 WIB
Penumpang pesawat melintasi alat pendeteksi suhu tubuh saat tiba di Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (17/5/2019). Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas 1 Surabaya wilayah kerja bandara Juanda meningkatkan kewaspadaan dengan memasang alat pendeteksi suhu tubuh untuk mengantisipasi masuknya virus cacar monyet (monkeypox) ke wilayah Indonesia. (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz)
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan seseorang yang memiliki partner seksual banyak dapat berisiko tinggi terinfeksi penyakit cacar monyet (monkeypox).
"Bisa melalui kontak langsung, seperti berciuman, hubungan seks, terutama hubungan seks yang multiseks atau dengan partner lain yang tidak diketahui," kata Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN Harimat Hendarwan saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan virus monkeypox dapat menginfeksi tak hanya melalui hewan, namun juga dapat ditransmisikan melalui kontak fisik secara langsung atau kontak seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi.
Ia menjelaskan penyakit zoonosis langka tersebut bisa masuk tubuh melalui kulit yang terluka atau permukaan lapisan kulit dalam (mukosa), mulut, dan faring.
Baca juga: Cacar monyet berisiko sebabkan kematian penderita 10 persen
Selain itu, ujar dia, virus tersebut bisa masuk melalui alat kelamin serta anus.
Selain kontak fisik dan seksual dengan penderita, kata dia, penyakit cacar monyet bisa ditularkan lewat benda yang sudah terkontaminasi serta hewan, seperti monyet, tupai, dan tikus yang terinfeksi virus.
"Kontak fisik maupun juga melalui benda yang sudah disentuh oleh penderita kemudian disentuh orang lain atau bisa juga dari hewan ke manusia, bisa dari kera, tupai, tikus yang mengandung virus monkeypox," katanya.
Ia menjelaskan upaya mitigasi penyakit agar tak menyebar luas, antara lain menerapkan pola hidup sehat, seperti rajin mencuci tangan, menghindari kontak dengan penderita, serta melakukan seks yang aman.
"Berhubungan seks yang aman dengan partner, jangan pria suka pria, dan multipartner," ujarnya.
Baca juga: Cegah penularan cacar monyet dengan PHBS
Baca juga: Epidemiolog UI nilai cacar monyet hanya berpotensi jadi epidemi lokal
Baca juga: Epidemiolog imbau masyarakat jangan panik sikapi kasus cacar monyet
"Bisa melalui kontak langsung, seperti berciuman, hubungan seks, terutama hubungan seks yang multiseks atau dengan partner lain yang tidak diketahui," kata Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN Harimat Hendarwan saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan virus monkeypox dapat menginfeksi tak hanya melalui hewan, namun juga dapat ditransmisikan melalui kontak fisik secara langsung atau kontak seksual dengan seseorang yang sudah terinfeksi.
Ia menjelaskan penyakit zoonosis langka tersebut bisa masuk tubuh melalui kulit yang terluka atau permukaan lapisan kulit dalam (mukosa), mulut, dan faring.
Baca juga: Cacar monyet berisiko sebabkan kematian penderita 10 persen
Selain itu, ujar dia, virus tersebut bisa masuk melalui alat kelamin serta anus.
Selain kontak fisik dan seksual dengan penderita, kata dia, penyakit cacar monyet bisa ditularkan lewat benda yang sudah terkontaminasi serta hewan, seperti monyet, tupai, dan tikus yang terinfeksi virus.
"Kontak fisik maupun juga melalui benda yang sudah disentuh oleh penderita kemudian disentuh orang lain atau bisa juga dari hewan ke manusia, bisa dari kera, tupai, tikus yang mengandung virus monkeypox," katanya.
Ia menjelaskan upaya mitigasi penyakit agar tak menyebar luas, antara lain menerapkan pola hidup sehat, seperti rajin mencuci tangan, menghindari kontak dengan penderita, serta melakukan seks yang aman.
"Berhubungan seks yang aman dengan partner, jangan pria suka pria, dan multipartner," ujarnya.
Baca juga: Cegah penularan cacar monyet dengan PHBS
Baca juga: Epidemiolog UI nilai cacar monyet hanya berpotensi jadi epidemi lokal
Baca juga: Epidemiolog imbau masyarakat jangan panik sikapi kasus cacar monyet
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023
Tags: