Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) meminta pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit untuk bahan baku biomassa sebagai bahan bakar alternatif (co-firing) PLTU batu bara diperbanyak.
”Awalnya kita kesulitan soal teknologi. Namun Alhamdulillah, saat ini pellet tandan kosong kelapa sawit sudah bisa diproduksi dan dimanfaatkan untuk co-firing,” ujar Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Trois Dilisusendi dalam keterangan dikutip di Jakarta, Selasa.
Trois menjelaskan pemanfaatan pellet tandan kosong kelapa sawit merupakan angin segar, pertanda makin banyak sumber olahan sampah yang bisa digunakan sebagai bahan baku biomassa co-firing.
Hal itu karena, menurutnya, bukan perkara mudah mengolah limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi bahan baku biomassa.
Trois pun berharap inovasi ini bisa diterapkan pada 52 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara milik PLN yang telah diberi mandat menggunakan bahan bakar alternatif atau co-firing.
Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara mengatakan, pihaknya berkomitmen penuh mendukung rencana pemerintah dalam mencapai target pemanfaatan co-firing sebesar 10,2 juta ton pada tahun 2025. Menurutnya, substitusi bahan bakar batu bara ke biomassa ini adalah proyek yang strategis.
Baca juga: Dirjen Minerba: Co-firing biomassa di PLTU percepat transisi energi
Baca juga: KemenESDM: Program subtitusi biomassa dongkrak bauran EBT 1,8 persen
”Selain bisa mengurangi ketergantungan atas batu bara yang merupakan energi fosil, langkah ini menjadi salah satu cara untuk menurunkan emisi karbon mencapai NZE 2060. Dengan co-firing biomassa, PLN bisa mendapatkan energi bersih dengan biaya minimal,” ungkap Iwan.
PLN beberapa waktu lalu juga telah melakukan MoU dengan PT Elektrika Konstruksi Nusantara (EKN) dalam pemanfaatan limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi co-firing biomassa pada PLTU Bengkayang di Kalimantan Barat. Kedua pihak bersepakat melibatkan masyarakat Sambas di Kalbar secara langsung dalam proses produksi biomassa tersebut.
Iwan menjelaskan pengolahan biomassa ini mampu menyerap 40 tenaga kerja lokal di Sambas. Ia pun optimis, program co-firing jenis lain yang digagas akan mampu menyerap tenaga kerja lokal secara masif dan mengurai permasalahan sampah yang banyak terjadi di berbagai daerah.
“Ada 40 orang yang terlibat dalam produksi pellet tandan kosong kelapa sawit. Demikian juga dengan biomassa jenis lainnya. Semoga ini jadi awal yang baik karena selama ini mungkin tandan kosong menumpuk di kebun dan sekarang sudah bisa dimanfaatkan,” lanjut Iwan Agung.
Menguatkan pendapat tersebut Ketua Masyarakat Ketenagalistrikan (MKI) Kalimantan Barat, M Ariyanto mengatakan keberadaan sumber daya tandan kosong kelapa sawit sangat melimpah khususnya di wilayah Kalimantan Barat. Menurutnya, selama ini tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah.
Namun Ariyanto meyakini, jika tandan kosong itu pasti punya nilai ekonomi. Ariyanto pun terdorong melakukan riset untuk membuktikan manfaat tandan kosong kelapa sawit dengan menggandeng Universitas Tanjungpura. Riset ini sudah berjalan empat tahun dan kini dirinya membuktikan bahwa tandan kosong kelapa sawit bisa dijadikan bahan baku co-firing biomassa.
“Alhamdulillah, setelah empat tahun akhirnya kami bisa memproduksi pellet dari tandan kosong kelapa sawit,” jelas Ariyanto.
Ariyanto mengungkapkan banyaknya sumber tandan kosong yang ada di Kalimantan Barat didukung oleh keberadaan pabrik kelapa sawit (PKS) dengan potensi 170 per harinya.
Baca juga: Kementerian ESDM dorong akses pembiayaan untuk proyek bioenergi
Baca juga: Kementerian ESDM: PLTU biomassa ciptakan peluang bisnis baru
KESDM minta perbanyak penggunaan limbah sawit untuk co-firing PLTU
17 Oktober 2023 16:26 WIB
Ilustrasi - Kegiatan pengolahan biomassa limbah sawit untuk bahan bakar alternatif (co-firing) PLTU batu bara.
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023
Tags: