LPEI, DJKN, dan DJBC bersinergi tingkatkan potensi ekspor vanili NTT
16 Oktober 2023 19:07 WIB
Ilustrasi - Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) bersama Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersinergi untuk meningkatkan potensi ekspor vanili di Nusa Tenggara Timur. ANTARA/HO-LPEI.
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) bersama Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersinergi untuk meningkatkan potensi ekspor vanili di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sinergi tersebut diwujudkan melalui dukungan kualitas mutu produk, kapasitas produksi, dan perluasan pasar ekspor vanili bagi 200 petani dari 20 desa di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat, NTT.
“Upaya pengembangan komoditi vanili tidak hanya terbatas pada dukungan pembiayaan, tetapi juga harus memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas produk, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan,” ujar Kepala Divisi Riset dan Pengembangan LPEI Rini Satriani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
LPEI melihat produsen dan eksportir vanili Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti pasokan yang tidak stabil akibat cuaca dan iklim yang fluktuatif.
Di samping itu, Indonesia berada di peringkat ketujuh dalam hal ekspor vanili dunia, dengan kontribusi sekitar 2,63 persen terhadap total ekspor vanili dunia. Padahal, Indonesia merupakan salah satu produsen utama vanili.
Kendati demikian, Rini menyebut Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor vanili.
Hal itu menimbang peningkatan harga vanili di Perancis sebesar 10 persen, membuat negara-negara pengimpor cenderung memilih ekspor dari negara lain, termasuk Indonesia. Kenaikan tersebut berdampak pada peningkatan volume ekspor vanili Indonesia yang naik sebesar 0,41 persen.
Selain kenaikan harga vanili Perancis, ekspor vanili Indonesia juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti PDB per kapita Indonesia, PDB per kapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, dan nilai tukar.
Potensi dari faktor jarak ekonomi tercermin pada negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, yang memilih ekspor vanili dari Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing seperti Madagaskar, Perancis, dan Jerman.
Berbagai potensi tersebut yang menjadi landasan LPEI, DJKN, dan DJBC memberikan dukungan kepada petani vanili di NTT.
“Upaya ini diharapkan dapat membantu petani vanili meningkatkan kualitas produksi dan membuka peluang ekspor yang lebih luas di masa depan,” kata Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Sofyan Irianto Naibaho.
Baca juga: LPEI mendorong penerapan ESG untuk transformasi ekosistem ekspor
Baca juga: NTB gencarkan penanaman vanili organik untuk pasar ekspor
Baca juga: BI NTB terus berikan pendampingan klaster vanili untuk genjot ekspor
Sinergi tersebut diwujudkan melalui dukungan kualitas mutu produk, kapasitas produksi, dan perluasan pasar ekspor vanili bagi 200 petani dari 20 desa di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat, NTT.
“Upaya pengembangan komoditi vanili tidak hanya terbatas pada dukungan pembiayaan, tetapi juga harus memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas produk, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan,” ujar Kepala Divisi Riset dan Pengembangan LPEI Rini Satriani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
LPEI melihat produsen dan eksportir vanili Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti pasokan yang tidak stabil akibat cuaca dan iklim yang fluktuatif.
Di samping itu, Indonesia berada di peringkat ketujuh dalam hal ekspor vanili dunia, dengan kontribusi sekitar 2,63 persen terhadap total ekspor vanili dunia. Padahal, Indonesia merupakan salah satu produsen utama vanili.
Kendati demikian, Rini menyebut Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor vanili.
Hal itu menimbang peningkatan harga vanili di Perancis sebesar 10 persen, membuat negara-negara pengimpor cenderung memilih ekspor dari negara lain, termasuk Indonesia. Kenaikan tersebut berdampak pada peningkatan volume ekspor vanili Indonesia yang naik sebesar 0,41 persen.
Selain kenaikan harga vanili Perancis, ekspor vanili Indonesia juga dipengaruhi oleh variabel lain seperti PDB per kapita Indonesia, PDB per kapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, dan nilai tukar.
Potensi dari faktor jarak ekonomi tercermin pada negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, yang memilih ekspor vanili dari Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing seperti Madagaskar, Perancis, dan Jerman.
Berbagai potensi tersebut yang menjadi landasan LPEI, DJKN, dan DJBC memberikan dukungan kepada petani vanili di NTT.
“Upaya ini diharapkan dapat membantu petani vanili meningkatkan kualitas produksi dan membuka peluang ekspor yang lebih luas di masa depan,” kata Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Sofyan Irianto Naibaho.
Baca juga: LPEI mendorong penerapan ESG untuk transformasi ekosistem ekspor
Baca juga: NTB gencarkan penanaman vanili organik untuk pasar ekspor
Baca juga: BI NTB terus berikan pendampingan klaster vanili untuk genjot ekspor
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023
Tags: