BRIN kembangkan vaksin PMK dari ulat sutra yang bisa dimakan langsung
16 Oktober 2023 18:20 WIB
Peneliti Pengembangan Vaksin di Pusat Riset Vaksin dan Obat Organisasi Riset Kesehatan BRIN Doddy Irawan Setyo Utomo melakukan penelitian. (ANTARA/Dokumentasi pribadi)
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan vaksin untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak dengan menggunakan pupa ulat sutra yang dapat dimakan langsung oleh hewan ternak (edible).
"Berbeda dengan vaksin lainnya yang diberikan melalui suntikan, kami menggunakan terobosan baru sehingga bisa dimakan oleh hewan ternak," kata Peneliti Pengembangan Vaksin Pusat Riset Vaksin dan Obat Organisasi Riset Kesehatan BRIN Doddy Irawan Setyo Utomo saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan metode yang digunakan dalam pengembangan vaksin tersebut berbasis protein sub-unit, dengan mengekspresikan protein struktural virus PMK, yaitu bagian VP-0, VP-1, dan VP-3 dari virus di dalam pupa ulat sutra.
Selain itu, pihaknya saat ini sedang melakukan persiapan uji antigenisitas pada mencit yang akan dilakukan pada bulan depan.
"Sekarang dalam persiapan untuk uji antigenisitas di mencit, rencananya di tahun depan kami akan mencobanya di hewan yang jadi subjek virus PMK, seperti marmut, kambing, ataupun sapi," ujarnya.
Baca juga: BRIN inisiasi pengembangan vaksin DBD di Indonesia
Ia menilai vaksin yang sedang dikembangkan oleh BRIN tersebut lebih efisien karena ulat sutra yang berperan sebagai bahan dasar pembuatan vaksin terbilang murah dan satu pupa ulat sutra dapat menghasilkan protein 2-4 mg.
Oleh karena dibuat edible, kata dia, cara melakukan aplikasi vaksin ini dengan mencampurkan bersamaan pakan yang diberi kepada hewan ternak, namun sudah disesuaikan dengan dosis yang dibutuhkan.
Dia mengharapkan setelah uji coba kepada subjek virus, vaksin PMK ini dapat segera diproduksi masal dan didistribusikan kepada masyarakat.
Baca juga: BRIN: Tulang sapi dapat sembuhkan patah tulang pada manusia
Baca juga: Peneliti BRIN ungkap tanaman paling populer untuk obat kencing manis
Baca juga: Biodiversitas Indonesia potensial untuk pengembangan obat herbal
"Berbeda dengan vaksin lainnya yang diberikan melalui suntikan, kami menggunakan terobosan baru sehingga bisa dimakan oleh hewan ternak," kata Peneliti Pengembangan Vaksin Pusat Riset Vaksin dan Obat Organisasi Riset Kesehatan BRIN Doddy Irawan Setyo Utomo saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan metode yang digunakan dalam pengembangan vaksin tersebut berbasis protein sub-unit, dengan mengekspresikan protein struktural virus PMK, yaitu bagian VP-0, VP-1, dan VP-3 dari virus di dalam pupa ulat sutra.
Selain itu, pihaknya saat ini sedang melakukan persiapan uji antigenisitas pada mencit yang akan dilakukan pada bulan depan.
"Sekarang dalam persiapan untuk uji antigenisitas di mencit, rencananya di tahun depan kami akan mencobanya di hewan yang jadi subjek virus PMK, seperti marmut, kambing, ataupun sapi," ujarnya.
Baca juga: BRIN inisiasi pengembangan vaksin DBD di Indonesia
Ia menilai vaksin yang sedang dikembangkan oleh BRIN tersebut lebih efisien karena ulat sutra yang berperan sebagai bahan dasar pembuatan vaksin terbilang murah dan satu pupa ulat sutra dapat menghasilkan protein 2-4 mg.
Oleh karena dibuat edible, kata dia, cara melakukan aplikasi vaksin ini dengan mencampurkan bersamaan pakan yang diberi kepada hewan ternak, namun sudah disesuaikan dengan dosis yang dibutuhkan.
Dia mengharapkan setelah uji coba kepada subjek virus, vaksin PMK ini dapat segera diproduksi masal dan didistribusikan kepada masyarakat.
Baca juga: BRIN: Tulang sapi dapat sembuhkan patah tulang pada manusia
Baca juga: Peneliti BRIN ungkap tanaman paling populer untuk obat kencing manis
Baca juga: Biodiversitas Indonesia potensial untuk pengembangan obat herbal
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023
Tags: