Wamenkeu: Tingkatkan aktivitas peduli lingkungan dan kurangi emisi
16 Oktober 2023 13:31 WIB
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara berbicara dalam gelar wicara Kemenkeu Peduli Bumi yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin (16/10/2023). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengajak seluruh pihak untuk meningkatkan aktivitas peduli lingkungan dan pengurangan emisi karbon.
"Kita bisa merawat bumi mengurangi aktivitas yang mencerminkan karbon emisi lebih besar dan berusaha meningkatkan hal-hal yang bisa menciptakan karbon emisi yang lebih rendah," kata Suahasil dalam gelar wicara Kemenkeu Peduli Bumi di Jakarta, Senin.
Wamenkeu Suahasil berharap kehadiran seluruh kantor-kantor di bawah Kementerian Keuangan di seluruh Indonesia dan perilaku pegawainya dapat menjadi inspirasi dan pelopor aktivitas rendah karbon dan peduli lingkungan seperti mengelola sampah, menjaga kebersihan lingkungan, bersih-bersih pantai, pengolahan limbah air, dan menjadikan kawasan lebih hijau.
"Kita tidak hanya melihat Kementerian Keuangan sendiri gedung kita rapi sendiri, tamannya baik sendiri, sampahnya teratur sendiri atau kegiatan-kegiatan lainnya yang kita banggakan, tapi kita juga menyebarluaskan ini ke seluruh lingkungan ke sekitar kantor-kantor kita di seluruh Indonesia," ujarnya.
Ia juga mengajak para pegawai di seluruh kantor di bawah Kementerian Keuangan untuk memunculkan pemikiran dan menjadi inspirasi tentang kepedulian lingkungan serta bisa bekerja sama dengan pegiat lingkungan untuk menyebarluaskan praktik baik menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.
"Saya ingin minta bahwa seluruh kantor kita di seluruh Indonesia termasuk di kantor pusat ini menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitarnya dari urusan ngurus sampah, dari urusan membuat hijau tamannya, dari perilaku seluruh staf kita mengenai kepedulian kepada lingkungan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan inovasi pembiayaan menjadi kunci penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Berbagai kebijakan fiskal termasuk insentif pajak pun berperan sebagai instrumen katalisator untuk mendorong daya tarik investasi hijau di bidang efisiensi energi.
"Melalui insentif fiskal dan inovasi instrumen pembiayaan, kita punya kekuatan untuk membuka jalan bagi perubahan yang berkelanjutan," ujarnya.
Pemerintah Indonesia terus mendayagunakan APBN untuk mendukung berbagai proyek terkait isu perubahan iklim. Sejumlah upaya telah dilakukan antara lain melalui Penandaan Anggaran Perubahan Iklim/Climate Budget Tagging (CBT) serta peluncuran green sukuk, green bonds, blue bonds, dan SDG bonds.
Indonesia berkomitmen untuk berjuang bersama dunia untuk mengatasi perubahan iklim. Komitmen Indonesia tersebut tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan target emisi dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan usaha sendiri, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030.
Enhanced NDC tersebut diselaraskan dengan Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 serta visi untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060.
Sedangkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan Hingga akhir 2022, OJK mencatat green bond yang sudah terbit di pasar domestik mencapai Rp15,4 triliun.
Sementara itu, dalam kerangka blended finance, platform SDG Indonesia One telah menghimpun komitmen pendanaan maupun fasilitas lain senilai 3,26 miliar dolar AS per akhir Maret 2023 yang melibatkan partisipasi sejumlah institusi perbankan.
Kredit dengan total senilai Rp728,9 triliun juga telah disalurkan sebagai pembiayaan hijau, senilai Rp1,28 triliun disalurkan untuk pembiayaan kendaraan listrik, dan senilai Rp28,9 triliun untuk membiayai proyek terkait energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca juga: KESDM harap bonus penurunan emisi CO2 bisa dijual di pasar karbon
Baca juga: Dirut PLN paparkan strategi kurangi emisi di sektor kelistrikan
"Kita bisa merawat bumi mengurangi aktivitas yang mencerminkan karbon emisi lebih besar dan berusaha meningkatkan hal-hal yang bisa menciptakan karbon emisi yang lebih rendah," kata Suahasil dalam gelar wicara Kemenkeu Peduli Bumi di Jakarta, Senin.
Wamenkeu Suahasil berharap kehadiran seluruh kantor-kantor di bawah Kementerian Keuangan di seluruh Indonesia dan perilaku pegawainya dapat menjadi inspirasi dan pelopor aktivitas rendah karbon dan peduli lingkungan seperti mengelola sampah, menjaga kebersihan lingkungan, bersih-bersih pantai, pengolahan limbah air, dan menjadikan kawasan lebih hijau.
"Kita tidak hanya melihat Kementerian Keuangan sendiri gedung kita rapi sendiri, tamannya baik sendiri, sampahnya teratur sendiri atau kegiatan-kegiatan lainnya yang kita banggakan, tapi kita juga menyebarluaskan ini ke seluruh lingkungan ke sekitar kantor-kantor kita di seluruh Indonesia," ujarnya.
Ia juga mengajak para pegawai di seluruh kantor di bawah Kementerian Keuangan untuk memunculkan pemikiran dan menjadi inspirasi tentang kepedulian lingkungan serta bisa bekerja sama dengan pegiat lingkungan untuk menyebarluaskan praktik baik menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.
"Saya ingin minta bahwa seluruh kantor kita di seluruh Indonesia termasuk di kantor pusat ini menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitarnya dari urusan ngurus sampah, dari urusan membuat hijau tamannya, dari perilaku seluruh staf kita mengenai kepedulian kepada lingkungan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan inovasi pembiayaan menjadi kunci penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Berbagai kebijakan fiskal termasuk insentif pajak pun berperan sebagai instrumen katalisator untuk mendorong daya tarik investasi hijau di bidang efisiensi energi.
"Melalui insentif fiskal dan inovasi instrumen pembiayaan, kita punya kekuatan untuk membuka jalan bagi perubahan yang berkelanjutan," ujarnya.
Pemerintah Indonesia terus mendayagunakan APBN untuk mendukung berbagai proyek terkait isu perubahan iklim. Sejumlah upaya telah dilakukan antara lain melalui Penandaan Anggaran Perubahan Iklim/Climate Budget Tagging (CBT) serta peluncuran green sukuk, green bonds, blue bonds, dan SDG bonds.
Indonesia berkomitmen untuk berjuang bersama dunia untuk mengatasi perubahan iklim. Komitmen Indonesia tersebut tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) untuk menurunkan target emisi dari 29 persen menjadi 31,89 persen dengan usaha sendiri, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan bantuan internasional pada 2030.
Enhanced NDC tersebut diselaraskan dengan Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050 serta visi untuk mencapai net zero emissions pada tahun 2060.
Sedangkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan Hingga akhir 2022, OJK mencatat green bond yang sudah terbit di pasar domestik mencapai Rp15,4 triliun.
Sementara itu, dalam kerangka blended finance, platform SDG Indonesia One telah menghimpun komitmen pendanaan maupun fasilitas lain senilai 3,26 miliar dolar AS per akhir Maret 2023 yang melibatkan partisipasi sejumlah institusi perbankan.
Kredit dengan total senilai Rp728,9 triliun juga telah disalurkan sebagai pembiayaan hijau, senilai Rp1,28 triliun disalurkan untuk pembiayaan kendaraan listrik, dan senilai Rp28,9 triliun untuk membiayai proyek terkait energi baru dan terbarukan (EBT).
Baca juga: KESDM harap bonus penurunan emisi CO2 bisa dijual di pasar karbon
Baca juga: Dirut PLN paparkan strategi kurangi emisi di sektor kelistrikan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: