Pencurian di Museum Sonobudoyo belum terungkap
30 Mei 2013 00:14 WIB
ilustrasi Sejumlah anggota tim evaluasi Museum Sonobudoyo mengamati koleksi saat melakukan tinjauan ke Museum SonoBudoyo, Yogyakarta, Kamis (12/5). Tim yang dibentuk oleh Gubernur DIY berjumlah 9 orang akan melakukan kajian evaluasi untuk membantu mengungkap fakta pasca hilangnya koleksi Museum Sonobudoyo beberapa waktu lalu. (ANTARA/ Wahyu Putro A)
Yogyakarta (ANTARA News) - Kasus pencurian sejumlah koleksi di Museum Sonobudoyo Yogyakarta yang kejadiannya sudah 1.000 hari lalu, hingga kini belum ada titik terang pengungkapannya.
"Kejadiannya pada 11 Agustus 2010, dan kami sudah memeriksa 30 saksi, serta mengikuti petunjuk yang ada. Namun, tidak adanya bukti yang mengarah ke pelaku, menjadi kendala dalam mengungkap kasus ini," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Kombes (Pol) Kris Erlangga, Rabu malam.
Dalam "Talk Show dan Doa Bersama 1.000 Hari Kasus Sonobudoyo", di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, ia mengatakan pihak kepolisian akan terus melakukan upaya pengungkapan kasus ini, termasuk menjalin komunikasi dengan Bareskrim dan interpol.
"Sekecil apapun informasi yang kami peroleh, akan tetap ditindaklanjuti," katanya, yang sempat menindaklanjuti informasi mengenai keberadaan koleksi museum di Jawa Timur, namun hasilnya tidak menggembirakan.
Seluruh koleksi museum yang hilang berasal dari Ruang Emas yang diresmikan pada 1999. Di ruangan tersebut terdapat 18 tempat penyimpanan koleksi.
Namun, koleksi yang hilang hanya berasal dari tempat penyimpanan nomor dua, sembilan dan nomor 10.
Koleksi yang hilang sebanyak 87 item, di antaranya koleksi masterpiece museum berupa topeng emas yang diyakini berasal dari zaman Majapahit, serta sejumlah perhiasan dari zaman Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VIII.
"Kami juga heran, sepertinya pencuri sudah mengetahui benar barang-barang koleksi yang diinginkan, sehingga pencurian hanya dilakukan di tempat-tempat penyimpanan tertentu saja," kata Kepala Musuem Sonobudoyo Riharyani.
Ia mengatakan koleksi yang hilang tersebut merupakan hibah dari Java Institute dan dari sisi sejarah memiliki nilai budaya yang sangat tinggi.
"Kami juga berupaya menemukan benda-benda koleksi yang hilang itu. Pada April, kepolisian kembali menanyai sejumlah pegawai museum terkait kasus itu," katanya.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan DIY GBPH Yudhaningrat dalam kesempatan tersebut mengatakan, sudah melakukan upaya dengan membuat dua replika topeng emas tersebut.
"Topeng emas yang hilang memiliki kadar 16 karat. Kami membuat dua replika yaitu dari perak dan dari emas 24 karat. Keduanya disimpan dengan baik," katanya.
Ia menambahkan, pengelolaan musuem harus terus diperbaiki sehingga kasus tersebut tidak kembali terulang, termasuk melakukan kajian menjadikan museum sebagai badan layanan umum sehingga lebih mudah dalam pengelolaan dana.
Museum Sonobodoyo juga didorong untuk menjadi museum bertaraf internasional. "Kini sudah mulai melebarkan sayap ke gedung KONI DIY, Janabadra. Dan Gedung BNI 46 juga akan digunakan untuk museum uang," katanya.
Sedangkan Ketua Tim Pendamping Pengembangan Museum Sonobudoyo Daud Aris Tanudirjo mengatakan, koleksi yang hilang adalah koleksi yang unik dengan nilai budaya yang tak terhingga.
"Koleksi itu bisa menjadi identitas Yogyakarta sebagai pusat peradaban. Nilai itu yang sangat penting," katanya yang berharap kasus segera terungkap.
(E013/M008)
"Kejadiannya pada 11 Agustus 2010, dan kami sudah memeriksa 30 saksi, serta mengikuti petunjuk yang ada. Namun, tidak adanya bukti yang mengarah ke pelaku, menjadi kendala dalam mengungkap kasus ini," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Daerah Istimewa Yogyakarta Kombes (Pol) Kris Erlangga, Rabu malam.
Dalam "Talk Show dan Doa Bersama 1.000 Hari Kasus Sonobudoyo", di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, ia mengatakan pihak kepolisian akan terus melakukan upaya pengungkapan kasus ini, termasuk menjalin komunikasi dengan Bareskrim dan interpol.
"Sekecil apapun informasi yang kami peroleh, akan tetap ditindaklanjuti," katanya, yang sempat menindaklanjuti informasi mengenai keberadaan koleksi museum di Jawa Timur, namun hasilnya tidak menggembirakan.
Seluruh koleksi museum yang hilang berasal dari Ruang Emas yang diresmikan pada 1999. Di ruangan tersebut terdapat 18 tempat penyimpanan koleksi.
Namun, koleksi yang hilang hanya berasal dari tempat penyimpanan nomor dua, sembilan dan nomor 10.
Koleksi yang hilang sebanyak 87 item, di antaranya koleksi masterpiece museum berupa topeng emas yang diyakini berasal dari zaman Majapahit, serta sejumlah perhiasan dari zaman Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) VIII.
"Kami juga heran, sepertinya pencuri sudah mengetahui benar barang-barang koleksi yang diinginkan, sehingga pencurian hanya dilakukan di tempat-tempat penyimpanan tertentu saja," kata Kepala Musuem Sonobudoyo Riharyani.
Ia mengatakan koleksi yang hilang tersebut merupakan hibah dari Java Institute dan dari sisi sejarah memiliki nilai budaya yang sangat tinggi.
"Kami juga berupaya menemukan benda-benda koleksi yang hilang itu. Pada April, kepolisian kembali menanyai sejumlah pegawai museum terkait kasus itu," katanya.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan DIY GBPH Yudhaningrat dalam kesempatan tersebut mengatakan, sudah melakukan upaya dengan membuat dua replika topeng emas tersebut.
"Topeng emas yang hilang memiliki kadar 16 karat. Kami membuat dua replika yaitu dari perak dan dari emas 24 karat. Keduanya disimpan dengan baik," katanya.
Ia menambahkan, pengelolaan musuem harus terus diperbaiki sehingga kasus tersebut tidak kembali terulang, termasuk melakukan kajian menjadikan museum sebagai badan layanan umum sehingga lebih mudah dalam pengelolaan dana.
Museum Sonobodoyo juga didorong untuk menjadi museum bertaraf internasional. "Kini sudah mulai melebarkan sayap ke gedung KONI DIY, Janabadra. Dan Gedung BNI 46 juga akan digunakan untuk museum uang," katanya.
Sedangkan Ketua Tim Pendamping Pengembangan Museum Sonobudoyo Daud Aris Tanudirjo mengatakan, koleksi yang hilang adalah koleksi yang unik dengan nilai budaya yang tak terhingga.
"Koleksi itu bisa menjadi identitas Yogyakarta sebagai pusat peradaban. Nilai itu yang sangat penting," katanya yang berharap kasus segera terungkap.
(E013/M008)
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: