"Misalnya melalui kegiatan psikososial para peserta didik, terutama di kelas 9 yang memiliki cukup banyak tekanan, agar kesehatan mental anak-anak dapat dipantau," katanya di Jakarta, Jumat.
Ia menegaskan, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, tetapi mayoritas orang tua di Indonesia masih belum memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan mental anak-anaknya.
"Padahal remaja usia 13-15 tahun cukup rentan mengalami masalah kesehatan mental. Untuk itu, dinas pendidikan dapat bekerjasama dengan dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, melalui kolaborasi dalam program-program rutin," ucapnya.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya memperkuat sistem pencegahan demi melindungi para peserta didik selama berada di sekolah.
Imbauan ini disampaikan FSGI menyoroti kasus siswa SMP berinisial D yang tewas usai jatuh dari lantai 4 gedung SMP Negeri di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, pada Senin (9/10).
Kasus pertama terjadi pada Januari 2023 di salah satu SMK swasta di Grogol Selatan, Jakarta Selatan. Kasus kedua, terjadi pada Mei 2023 di salah satu SMP di Makassar, Sulawesi Selatan. Kasus ketiga, terjadi pada September 2023 di salah satu SDN di Jakarta Selatan.
Kemudian, kasus keempat terjadi pada Oktober 2023 di salah satu SMPN Jakarta Barat, dan kasus kelima, juga pada Oktober 2023, terjadi pada dua siswa SMAN di kota Bandung.
Dari lima kasus tersebut, empat korban meninggal dunia, dan dua korban yang jatuh dari lantai 2 selamat setelah mendapatkan perawatan medis.
Baca juga: Legislator: Optimalkan pembinaan guru BK untuk cegah perundungan
"Peristiwa ini (kasus siswa SMP jatuh dari gedung sekolah) menjadi perhatian semua pihak. Sekolah perlu melibatkan warga masyarakat dalam mewujudkan sekolah ramah anak," katanya.