Stockholm (ANTARA News) - Di tengah-tengah ramainya pemberitaan mengenai kerusuhan yang terjadi di salah satu sudut ibukota Swedia, Stockhlom, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memulai kunjungan kenegaraannya ke negara yang dikenal sebagai "Venesia dari Utara" itu.
Presiden Yudhoyono adalah Presiden Indonesia kedua yang melakukan lawatan ke Swedia setelah Presiden Soekarno pada 3-5 Mei 1959.
Bertolak dari Bandara Halim Perdanakusuma, Senin (27/5) pagi, Presiden Yudhoyono dengan didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono memenuhi undangan Raja Swedia Carl XVI Gustaf yang disampaikan langsung oleh yang bersangkutan saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada Febuari 2012.
Dalam kesempatan itu Presiden Yudhoyono selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka menganugerahkan Lencana Tunas Kencana kepada Raja Swedia yang merupakan Ketua Kehormatan World Scout Foundation/ Yayasan Pramuka Dunia.
Penghargaan tersebut diberikan kepada mereka yang berjasa memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan yang amat besar bagi perkembangan Gerakan Pramuka di Indonesia.
Lencana Tunas Kencana merupakan tanda penghargaan tertinggi Gerakan Pramuka. Mereka yang pernah menerimanya, antara lain, Bapak Pramuka Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, dan yang terakhir Presiden Yudhoyono pada tahun 2007.
Menurut Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, dalam lawatan Presiden ke Swedia yang berlangsung antara 27-29 Mei, selain melakukan kunjungan kenegaraan pada Raja Swedia, Presiden Yudhoyono juga melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Swedia Fredrik Reinfeldt dan Ketua Parlemen Swedia Per Westerberg.
"Tentunya kunjungan ini pun akan digunakan untuk semakin memperkokoh kerjasama yang saling menguntungkan, utamanya di bidang ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan," kata Faizasyah.
Ia menjelaskan bahwa dalam kunjungan tersebut ditandatangani sejumlah Nota Kesepahaman, antara lain di bidang ilmu pengetahuan, tehnologi, inovasi dan kesehatan.
Sedangkan peluang peningkatan kerjasama ekonomi akan difasilitasi oleh pertemuan antara Presiden Yudhoyono dengan sejumlah CEO perudahaan terkemuka Swedia antara lain CEO Business Sweden, CEO IKEA, dan pemimpin perusahaan investor AB.
Melalui pertemuan tersebut, tambah Faizasyah, diharapkan para pelaku bisnis utama Swedia akan semakin diyakinkan atas potensi investasi di Indonesia.
Upaya untuk makin meningkatkan hubungan ekonomi antara kedua Indonesia dan Swedia telah dimulai sejak kunjungan kerja Perdana Menteri Swedia Frederik Reinfeldt pada November 2012 ke Jakarta.
Kunjungan PM Reinfeldt itu merupakan kunjungan kepala pemerintahan Swedia untuk pertama kalinya ke Indonesia sejak dibukanya hubungan diplomatik antara kedua negara pada 1952.
Dalam lawatannya ke Indonesia PM Reinfeldt yang membawa lebih dari 30 delegasi bisnis Swedia menggelar pertemuan dengan beberapa pebisnis Indonesia dalam acara Roundtable Power Talk "Indonesia-Sweden Unlocking the Innovation Potentials" yang digelar oleh Swedish Trade Council.
Di Jakarta PM Reinfeldt menyampaikan ketertarikannya untuk meningkatkan kerja sama kedua negara di bidang infrastruktur, terutama transportasi publik.
Penawaran itu terkait dengan upaya penyelesaian masalah kemacetan yang melanda ibukota Jakarta yang tak kunjung juga terlihat ujungnya.
Kerusuhan di Stockholm
Hanya beberapa hari sebelum lawatan Presiden Yudhoyono ke Stockholm, kota yang biasanya dikenal tenang dan damai itu tiba-tiba dilanda kerusuhan.
Presiden Yudhoyono secara khusus menyampaikan keprihatinannya atas kerusuhan sosial yang terjadi di Swedia karena hal tersebut merupakan pukulan yang berat bagi negara tersebut.
"Tadi malam saya dan delegasi tiba di Swedia. Keamanan di pinggir kota Stockholm belum pulih benar, setelah enam hari terjadi kerusuhan," kata Presiden dalam akun Twitternya @SBYudhoyono merujuk pada para personil polisi yang berada di jalanan melakukan pemeriksaan.
Menurut Presiden, Swedia dikenal sebagai negara maju, aman dan makmur sehingga kerusuhan sosial yang terjadi tentu menjadi pukulan bagi Swedia.
"Kerusuhan sosial bisa terjadi di negara mana pun. Yang penting Indonesia terus bekerja keras untuk mencegah dan mengatasinya," kata Presiden.
Menurut laporan media internasional, polisi dan aparat keamanan menjamin jika kerusuhan yang terjadi di salah satu kawasan imigran Stockholm itu, Husby, telah dapat diatasi dan tidak akan menyebar ke tempat yang lain.
Perdana Menteri Fredrik Reinfeldt telah menyerukan agar warga tenang. Para perusuh dilaporkan telah membakar mobil-mobil dan melempar batu ke arah polisi dan petugas pelayanan darurat di kawasan miskin imigran selama tiga hari berturut-turut yang dipicu oleh penembakan seorang pria tua oleh polisi di pemukiman miskin Husby.
Husby adalah kawasan ibukota berpenduduk sekitar 12.000 orang, 80 persen di antaranya berasal dari keluarga imigran, antara lain Turki, Somalia dan Timur Tengah.
Swedia dalam beberapa tahun terakhir menjadi salah satu negara tujuan utama di Eropa untuk para imigran, baik yang datang dalam jumlah besar maupun kecil.
Menurut data yang disebutkan AFP, kerusuhan itu bukan pertama kalinya negara Skandinavia tersebut yang melibatkan imigran.
Pada 2010, lebih dari 100 pemuda melempari kantor polisi setempat dengan batu-bata, serta menyerang dan membakarnya, di pinggiran kota Rinkeby dalam aksi yang berlangsung dua hari.
Pada 2008, ratusan anak muda menyerang polisi di kota Malmoe di selatan Swedia, menyusul penutupan pusat budaya Islam yang didalamnya juga berdiri sebuah masjid, di pinggiran kota Rosengaard.
Namun dalam lawatan satu setengah harinya di Stockholm, Presiden Yudhoyono dengan rombongan hanya akan menghabiskan waktu di sekitar gedung pemerintahan utama Swedia, Rosenbad, yang terletak di utara Sungai Norrmalm. Kawasan dimana bangunan bergaya "Art Nuveau" yang dibangun pada 1956 itu terletak adalah salah satu kawasan tercantik di Stockholm.
Kerusuhan Stockholm tak ganggu kerja sama Indonesia-Swedia
29 Mei 2013 10:54 WIB
Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah. (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Oleh GNC Aryani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Tags: