Medan (ANTARA News) - Kalangan teroris di Indonesia mudah dalam mendapatkan senjata api dan bahan peledak dalam menjalankan aksinya dengan memanfaatkan luas pinggiran pantai di nusantara.

Mantan instruktur kader "Jamaah Islamiyah" (JI) Jawa Timur, Ustad Ali Fauzi di Medan, Selasa, mengatakan, dengan kemudahan tersebut, tidak mengherankan jika jaringan teroris di Indonesia banyak memiliki bahan peledak dalam menjalankan aksinya.

"Ada 1.001 cara untuk mendapatkan bahan peledak," katanya didampingi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai.

Sebagai mantan instruktur JI dan pernah mengikuti latihan militer yang disiapkan kelompok yang diduga jaringan teroris, Ustad Ali mengakui cukup banyak mengetahui proses mendatangkan senjata api dan bahan peledak ke Indonesia.

Di antaranya dengan menyelundupkan bahan peledak dari Mindanao, Filipina melalui Sabah, Malaysia yang lautnya cukup tenang untuk diseberangi menuju sejumlah pinggiran pantai di Pulau Kalimantan.

Bahan peledak tersebut juga dapat dibawa masuk melalui kawasan Sangir yang berada di bagian ujung Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Di Sumatera Utara, bahan peledak tersebut juga mudah dimasukkan dari kawasan Kelantan, Malaysia dengan memanfaatkan pinggiran pantai yang banyak tidak dijaga.

Bahan peledak tersebut dibeli terlebih dulu di sejumlah daerah yang mengalami konflik di Thailand, lalu diseberangkan ke Malaysia guna diteruskan ke Sumatera Utara.

"Artinya, bahan peledak yang mereka gunakan mudah didapatkan," katanya.

Kemudian, sebagai mantan instruktur JI, Ustad Ali pernah menjumpai langsung tokoh teroris nasional yakni Umar Patek yang ditahan di Mako Satuan Brimob di Kelapa Dua.

Dalam pertemuan, Umar Patek mengakui jika teman-temannya mampu membuat bahan peledak yang memiliki kekuatan besar dalam menghancurkan berbagai lokasi yang menjadi target.

Memang, jaringan teroris tersebut susah mendapatkam bom jenis TNT (trinitrotoluene), tetapi mampu merakit bom berkekuatan sama dengan peledak yang digunakan TNI.
(I023/Z002)