Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel menolak dan mengutuk segala bentuk ideologi kekerasan dalam rangka memperingati 21 tahun tragedi Bom Bali.

“Kita semua juga menolak dan mengutuk segala bentuk ideologi kekerasan, radikalisme, dan tindakan teror yang tidak berperikemanusiaan dengan mengatasnamakan agama,” kata Rycko dikutip dari keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis.

Ledakan bom yang terjadi pada tahun 2002 dan 2005 ini, kata Rycko, menjadi serangan paling mematikan dalam sejarah Indonesia. Lebih dari 300 orang yang berasal dari 22 negara meninggal dunia dan luka-luka akibat serangan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) tersebut.

Meski saat ini angka serangan fisik menurun, Kepala BNPT mengimbau agar masyarakat terus waspada terhadap serangan ideologi kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Ia mengingatkan bahwa membangun kesadaran nasional terhadap bahaya dan dampak radikalisme terorisme merupakan sebuah keharusan agar tidak ada lagi aksi teror seperti Bom Bali.

“Kepada para pelaku dan pendukung ideologi kekerasan terorisme agar segera sadar, hentikan kekerasan sekarang juga, mari kita jaga perdamaian, kemanusiaan dan hidup yang harmoni,” ajak.

Lebih lanjut, Rycko juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu mengungkap kasus Bom Bali serta melakukan pemulihan terhadap para korban.

Rycko menyampaikan hal tersebut saat Doa Perdamaian bersama Penyintas Bom Bali, di Monumen Tragedi Bom Bali, Kuta, Kamis.

Doa perdamaian itu turut dihadiri oleh Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo, Penjabat Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya, serta penyintas Bom Bali.
Baca juga: Peringatan 20 tahun Bom Bali momen perkuat kerja sama lawan terorisme
Baca juga: BNPT tegaskan komitmen pemenuhan kebutuhan korban terorisme