Padang Pariaman (ANTARA) - Sejarawan dari Universitas Andalas, Sumatera Barat (Sumbar) Prof Herwandi menduga temuan tumpukan bebatuan di Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman merupakan peninggalan cagar budaya.

"Di lokasi ini kita menemukan beberapa objek yang diduga produk budaya, atau objek diduga cagar budaya," kata sejarawan dari Universitas Andalas, Sumatera Barat, Prof Herwandi di Kabupaten Padang Pariaman, Kamis.

Alasannya, kata Prof Herwandi, di lokasi tersebut ditemukan benda-benda yang diduga kuat peninggalan manusia seperti lesung yang terbuat dari batu, batu berbentuk balok dengan motif lurus (ulir), hingga benda mirip pisau atau kapak di sekitar lokasi tumpukan bebatuan tersebut.

​​​​​​Ia menjelaskan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 disebutkan bahwa benda alam dan benda hasil tangan manusia bisa dijadikan sebagai cagar budaya. Namun, sebelum ditetapkan sebagai cagar budaya, maka dibutuhkan kajian mendalam.

"Posisinya sementara itu adalah objek diduga cagar budaya," kata Prof Herwandi yang juga Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas tersebut.

Baca juga: Ahli sarankan pemerintah segera lindungi temuan dugaan kekar kolom
Baca juga: Ahli geologi menduga gundukan batuan di Padang Pariaman kekar kolom


Akan tetapi, ia menegaskan tidak tertutup kemungkinan temuan tersebut merupakan kekar kolom atau columnar joint seperti pandangan para arkeolog. Jika terbukti kekar kolom, maka hal itu merupakan satu dari sedikit columnar joint di dunia.

"Columnar joint itu di dunia tidak banyak. Di Rusia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Korea Selatan masing-masing ada satu," sebut dia.

Berbeda dengan Prof Herwandi, ahli geologi dan vulkanologi Sumatera Barat Ade Edward mengatakan tumpukan bebatuan tersebut diduga kuat adalah kekar kolom atau columnar joint.

Ade menjelaskan batuan tersebut terbentuk akibat proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi yang kemudian menyelusup melalui celah retakan, atau akibat adanya patahan.

"Magma tersebut mendapatkan tekanan dan menyelusup ke dalam sela-sela batuan sehingga membeku," jelas dia.

Ade memperkirakan usia columnar joint yang ditemukan masyarakat tersebut antara 40 hingga 60 juta tahun. Namun, hal tersebut masih membutuhkan kajian atau penelitian mendalam dari pakar.

Terkait benda berbentuk lesung, Ade menilai hal itu bisa saja karena adanya proses alamiah. Dengan kata lain, cekungan benda mirip lesung itu terbentuk akibat pelapukan kimia.

Baca juga: Gubernur canangkan Sulteng Negeri Seribu Megalit
Baca juga: Museum dan Cagar Budaya simpan artefak sejarah dari Belanda
Baca juga: BPCB Jatim konservasi 1.912 benda cagar budaya Museum Tulungagung