Pembatasan impor untungkan petani
28 Mei 2013 08:54 WIB
Pedagang manata buah jeruk Bali lokal di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur (FOTO ANTARA/Zabur Karuru)
Denpasar (ANTARA News) - Kebijakan pemerintah pusat membatasi impor produk hortikultura pada awal tahun ini memberikan dampak positif bagi produk pertanian lokal sehingga menguntungkan petani.
"Pembatasan impor itu memberikan nilai positif sehingga nilai jual buah lokal terangkat. Hal itu meningkatkan kesejahteraan petani di daerah ini," kata Kepala Bidang Pascapanen dan Pemasaran, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ketut Lihadnyana di Denpasar.
Dia berharap dampak positif tersebut dapat dipertahankan oleh para petani dengan menyesuaikan musim panen yang ada.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada April 2013 nilai tukar petani (NTP) subsektor hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen.
Peningkatan NTP pada subsektor itu disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,72 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani yaitu sebesar 0,12 persen.
Kenaikan indeks yang diterima petani dikarenakan naiknya indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 0,96 persen.
"Kesejahteraan petani diukur berdasarkan tolak ukur kenaikan NTP," ucapnya.
Menurut dia, semakin besar pendapatan petani maka NTP akan semakin membaik. Kondisi tersebut terlihat saat ini yang dipicu naiknya harga buah lokal di pasaran
Nilai positif tersebut membuka peluang produk petani Pulau Dewata lainnya dalam mengisi pasar yang kebutuhannya sangat besar.
"Masyarakat sudah mulai melirik buah lokal sebagai komoditi alternatif karena harga buah impor mahal," ujarnya.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Selain itu menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang lainnya.
"Pembatasan impor itu memberikan nilai positif sehingga nilai jual buah lokal terangkat. Hal itu meningkatkan kesejahteraan petani di daerah ini," kata Kepala Bidang Pascapanen dan Pemasaran, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Ketut Lihadnyana di Denpasar.
Dia berharap dampak positif tersebut dapat dipertahankan oleh para petani dengan menyesuaikan musim panen yang ada.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada April 2013 nilai tukar petani (NTP) subsektor hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen.
Peningkatan NTP pada subsektor itu disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,72 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani yaitu sebesar 0,12 persen.
Kenaikan indeks yang diterima petani dikarenakan naiknya indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 0,96 persen.
"Kesejahteraan petani diukur berdasarkan tolak ukur kenaikan NTP," ucapnya.
Menurut dia, semakin besar pendapatan petani maka NTP akan semakin membaik. Kondisi tersebut terlihat saat ini yang dipicu naiknya harga buah lokal di pasaran
Nilai positif tersebut membuka peluang produk petani Pulau Dewata lainnya dalam mengisi pasar yang kebutuhannya sangat besar.
"Masyarakat sudah mulai melirik buah lokal sebagai komoditi alternatif karena harga buah impor mahal," ujarnya.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Selain itu menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang lainnya.
Pewarta: I Gusti Ketut Agung Wijaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Tags: